A Sharing on my experience of Life in Indonesia
March 31, 2023Keberanian untuk Melangkah
April 6, 2023Produktivitas dari Hamba Allah yang Menderita
Yesaya 53:3-6
Sebutan Hamba Allah yang menderita dalam Kitab Nabi Yesaya jelas menunjuk kepada Yesus Putera Allah.
Ada berbagai macam penderitaan, contohnya: seseorang yang terkena PHK lalu tidak punya gaji atau uang untuk membeli makanan, ditambah rumah kontrakan sudah habis kontrakkanya dan tidak bisa diperpanjang karena tidak bisa bayar, merupakan sebuah situasi penderitaan yang mungkin menyengsarakan.
Lain halnya dengan kaum religius yang tidak perlu khawatir akan uang, makanan, dan tempat tinggal mempunyai penderitaan yang berbeda, biasanya penderitaan itu muncul akibat dari penolakan, penghinaan, pembiaran, tidak diperhatikan, tidak dihargai, difitnah karena benci atau iri hati. Penderitaanya berada pada level perasaan sebagai reaksi atas perlakuan yang tidak baik terhadapnya. Bisa juga ini terjadi karena sikapnya yang menyebabkan orang untuk bertindak tidak baik terhadapnya. Penderitaan ini merupakan akibat dari kesalahan sendiri.
Sedangkan hamba Allah yang menderita, penderitaannya itu lengkap, sudah situasinya yang menyengsarakan, lalu diperlakukan juga dengan tidak baik. Lahir di kandang, tidak punyak tempat untuk meletakkan kepala, makan dari sumbangan para ibu dan janda, dibenci oleh para pembesar Yahudi, lalu dikhianati, disangkal, ditangkap dan masih dihina serta diolok-olok.
Namun dalam keadaannya yang menderita, Hamba Allah ini tetap setia melaksanakan tugas yang dipercayakan Allah kepada-Nya. Bahkan sangat produktif atau menghasilkan yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, saat itu dan di masa depan. Ia melakukan banyak penyembuhan, banyak berbagi ilmu lewat pangajaran dan pewartaan. Ia membangun organisasi para rasul, tim inti cikal bakal struktur Gerejawi. Mekipun ada gagalnya karena ada rasulnya yang berani menjual diri-Nya kepada pembesar Yahudi untuk ditangkap.
Produktivitas Hamba Allah ini menunjukkan bahwa Ia bertanggung-jawab, taat dan setia menjalankan tugas dengan benar sampai tuntas serta total. Ia berani mengambil resiko dari tugas yang dilaksanakannya tidak hanya rasa lelah tapi juga Salib. Resiko disalib ini menjadi akibat dari perbuatan baiknya ditengah orang-orang yang iri hati dan merasa terancam oleh perbuatan baiknya. Karena jika dia perbuat baik ditengah orang-orang yang baik, tidak mungkin dia menanggung resiko disalib. Jadi dari berbuat baik pun penderitaan bisa muncul dalam hidup hamba Allah yang menderita ini. Sudah di salib dan diolok-olok, ditinggalkan pula oleh tim yang dibentuknya.
Penderitaannya komplit, tapi Dia tetap produktif bahkan ketika di atas salib, Dia masih bisa menghasilkan pertobaan seorang penyamun. Maka tidak heran jika dia bisa bangkit dari kematian dan naik ke surga. Kebangkitan sebagai produk atau hasil dari Salib, menjadikan Salib sebuah monument keselamatan yang dibuat oleh Hamba Allah ini, yang dikenang sepanjang masa, tidak seperti monument nya Pontius Pilatus sebagaimana tertulis dalam Credo “Yesus menderita sengsara dalam pemerintahan Pontius Pilatus” monument ini dikenang sepanjang segala abad bahwa pemerintahan Pontius Pilatus yang membuat Yesus menderita.
Kata: “kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas oleh Allah” (Yes 53:4) adalah perkiraan, pandangan dan persepsi manusiawi atas penderitaan atau Salib, berbeda dengan pandangan ilahi atau pandangan Allah, yaitu : Salib adalah monument, hasil karya luar biasa dari Hamba Allah yang setia pada tugas dan pada Allah Sang Pemberi tugas, sebuah resiko dari hidup yang dipersembahkan pada Tuhan dan orang lain. Pengikut Yesus harus berani mengambil resiko ini sebagai jalan menuju kebangkitan dan surga. Kalau tidak, maka tidak akan pernah berbuat apa-apa.
Seorang pemimpin novis mengajak para novisnya untuk menghitung berapa besar biaya hidup yang diberikan tarekat setiap jam nya kepada masing-masing novis. Lalu para novis itu menghitung biaya hidup dia satu bulan, kemudian dibagi perhari dan perjam. Jika misalkan seorang novis per hari nya menghabiskan biaya Rp.100.000,-, maka logikanya novis tersebut harus bisa menghasilkan uang Rp.100.000,- per hari untuk biaya hidup. Lalu pekerjaan apa yang dia harus lakukan untuk tarekatnya yang nilai kerja nya itu sama besar dengan seratus ribu rupiah, meskipun tidak harus mendapat uang secara langsung. Dengan pola pikir seperti ini para novis menjadi rajin dan produktif, rasa lelah dan malas dapat diatasinya dengan “kekuatan berpikir” di atas.
Jakarta 5 April 2023
Sr.Linda FMM