
BATIC 12th Edition
April 5, 2025
Second Year of Spiritual Preparation Towards the Jubilee: “Recognizing the Breath of God in Mary of the Passion”
April 16, 2025Aku mencari cinta di lorong-lorong dunia,
menyusuri jejak-jejak hati yang fana.
Kudapati janji yang mudah pudar,
kasih yang bersemi lalu layu di debu samar.
Kudaki gunung harapan yang menjulang,
namun angin kecewa menerpa tanpa belas kasihan.
Kupeluk mimpi dalam doa yang sunyi,
namun sepi tetap mengunci hati ini.
Lalu, di ujung pencarian yang melelahkan,
kudapati jejak kasih yang tak terbandingkan.
Bukan di pelukan yang hangat sesaat,
bukan di bait-bait puisi yang indah terikat.
Di sana, di bukit yang sunyi,
berdiri tegak Salib suci.
Tertancap di puncak sengsara,
menjadi saksi cinta yang tak tergoyahkan masa.
Di kayu hina penuh luka dan darah,
tergantung tubuh yang lemah tak berdaya.
Namun dalam luka itu, kulihat kemurnian,
Dalam darah itu, kulihat pengampunan.
Kasih sejati bukanlah kata-kata manis,
bukan janji yang rapuh seperti gemerisik angin.
Kasih sejati adalah tangan yang terentang,
menanggung beban yang bukan milik-Nya seorang.
Dia disakiti, namun tak membalas,
Dia dihina, namun tetap mengasihani.
Di keheningan penderitaan yang dalam,
Dia membisikkan doa bagi dunia yang kejam.
Kasih yang lebih kuat dari paku,
lebih lembut dari embun yang jatuh.
Kasih yang memilih derita demi jiwa,
yang menukar mahkota dengan duri tajam di kepala.
Kini aku mengerti makna sejati,
bukan cinta yang menuntut, tapi yang memberi.
Bukan kasih yang takut terluka,
melainkan kasih yang rela berkorban tanpa tanya.
Aku tak lagi mencari cinta di dunia,
sebab telah kutemukan di kayu hina.
Di sana, dalam luka yang tak terperi,
kasih sejati telah menyerahkan diri.
Agnes, FMM