Pelayanan Kasih untuk Korban Gunung Lewotobi
January 30, 2024Puisi: Aku Kembali
February 6, 2024Hari Rabu Abu mengingatkan kita bahwa kita ini berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Ketika kita wafat, selain meninggalkan barang-barang dan harta benda, kita juga meninggalkan makam kita sendiri, raga kita yang dikuburkan di tanah dan yang akan menyatu dengan tanah.
Namun, apakah hanya itu yang kita tinggalkan? Apakah hanya nama kita yang akan dikenang oleh orang-orang yang mengenal kita?
Ada peribahasa yang mengatakan: “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.” Nama kita akan dikenang oleh orang-orang yang mengenal kita, baik nama yang baik maupun nama yang buruk.
Setiap orang tentunya ingin meninggalkan nama yang baik, dengan cerita-cerita hidupnya yang bermakna. Maka selagi kita hidup, kita bisa membuat cerita kita sendiri, cerita yang bermakna bagi kita dan orang lain.
Seperti nama baptis kita yang diambil dari nama santo-santa, mereka mempunyai ceritanya sendiri yang bermakna, yang memberi inspirasi kepada kita. Santa Teresia Pelindung Misi, Fransiskus Asisi Pembawa Damai, Santo Yohanes Sari Salib Mistikus, Santa Hildegard Pujangga Gereja, dan seterusnya.
Untuk meninggalkan nama baik, kita bisa menentukan cerita kita sendiri, cerita macam apa yang ingin kita bangun. Tentunya sesuai dengan panggilan kita kepada kesucian, kita ingin membuat sebuah cerita yang menyebarkan dampak positif bagi perkembangan diri kita sendiri, bagi sesama kita, dan bagi alam semesta.
Hidup kita yang fana di bumi ini hanya sekali, dan hidup ini akan berakhir menuju kepada kehidupan yang kekal entah kekal di surga atau di neraka, tergantung dari cerita yang kita buat.
Kita bisa membuat cerita yang sesuai dengan tujuan dari penciptaan kita yakni memuliakan Allah lewat perbuatan benar kita kepada sesama, lewat tanggung-jawab kita dalam bekerja dengan motivasi untuk kemuliaan Allah. Kita bisa membuat cerita tentang kesetiaan dan perjuangan kita dalam melaksanakan kehendak Allah yang tertulis dalam Alkitab.
Dan ada banyak cerita bermakna lainnya yang bisa kita tentukan sendiri. Artinya, kita bisa menentukan reaksi positif kita terhadap perbuatan orang lain yang tidak baik kepada kita, menjadi sebuah cerita yang bermakna dan bisa memberi inspirasi tentang kedewasaan dalam bereaksi, tentang sukacita sejati dalam menghadapi orang yang suka mempersulit kerja kita, tentang pengendalian diri dalam berkomunikasi atau berelasi, dst.
Ketika kita masih hidup, kita mengumpulkan cerita atau kisah hidup-ku yang baik dan benar, sehingga ketika kita wafat kita meninggalkan monumen sejarah kehidupan kita.
Monumen Sejarah kehidupan-ku; berupa cerita-cerita yang bermakna dan yang memberi inspirasi bagi generasi selanjutnya. Dengan demikian, ketika kita tidak ada lagi di bumi ini, kita juga masih bisa berbagi cerita yang memberi inspirasi dan mengandung pelajaran bermakna pada orang-orang yang masih hidup.
Kesimpulan
Kisah hidup kita adalah cerita yang kita tulis sendiri. Kita bisa memilih untuk menulis cerita yang baik dan bermakna, atau cerita yang buruk dan tidak bermakna.
Pilihan ada di tangan kita. Mari kita pilih untuk menulis cerita yang baik dan bermakna, agar ketika kita wafat, kita meninggalkan kenangan yang indah dan menginspirasi bagi orang-orang yang mengenal kita.
Bahan bacaan:
1. Cerita hidup Santa yang menjadi nama baptisku
2. Cerita tokoh-tokoh Kitab Suci yang disebut dalam renungan ini
3. Ayat-ayat Kitab Suci yang disebut dalam renungan ini
Pertanyaan Refleksi untuk disharingkan di komunitas:
- “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”, Nama dan cerita baik yang bagaimana yang ingin saya tinggalkan ketika saya dipindah dari komunitas atau lingkungan kerja ?
- Bagaimana cara dan usaha saya dalam membuat cerita hidup saya agar bermakna dan memberi inspirasi bagi diriku, sesamaku dan ciptaan ?