Aku Ingin Pulang
September 19, 2020Perayaan Season Of Creation (Masa Penciptaan)
October 10, 2020Aku telah melakukan apa yang harus kulakukan, semoga Kristus mengajarmu apa yang harus kamu lakukan selanjutnya (Leg.Maj XIV:3).
Pesta St. Fransiskus Assisi mengajak kita untuk kembali merenungkan panggilan kita sebagai Fransiskan sejati. Dalam pengantar Ibadat Transitus, dikatakan bahwa apa yang menjadi tugas kita sebagai Fransiskan-fransiskan masa kini terangkum dalam tiga puisi indah yang sering dikumandangkan oleh sang santo, yang kini ia wariskan kepada kita, yaitu Doa di Depan Salib, Doa Damai, dan Gita Sang Surya. Dalam Doa di Depan Salib, kita belajar tentang kerendahan hati, beriman yang benar, berpengharapan yang teguh, dan kasih yang sempurna; dalam Doa Damai, kita adalah duta damai di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apapun; dalam Gita Sang Surya, kita belajar untuk mencintai seluruh ciptaan dan menyebut mereka sebagai saudara dan saudari.
Bersama St. Fransiskus, kita diajak untuk melihat kembali panggilan kefransiskanan kita dan memperbaharui semangat untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi, karena mungkin, seperti kata St. Fransiskus, “Kita belum berbuat apa-apa, mari kita mulai lagi!”
Hari pertama: Sesamaku Adalah Tanggung Jawabku
Kita diciptakan untuk menjadi saudara bagi yang lain, tidak hanya sesama manusia, namun juga dengan alam ciptaan. Sesamaku adalah diriku yang lain. Saya ada dan bermakna bila bersama orang lain. Bermakna bila adaku berguna serta berdampak dalam hidup orang lain. Keberadaan kita di dunia ini membawa misi, yaitu untuk saling melengkapi satu sama lain. St. Fransiskus menjadikan segala yang ada di alam dan sesama sebagai sarana untuk memuji Tuhan, dan inilah yang menggerakkannya untuk peduli dan berpihak kepada makhluk yang lain khususnya mereka yang lemah yang perlu mendapat bantuan dari sesamanya.
Permenungan dalam Triduum hari pertama ini mengajak untuk melihat orang lain sebagai diriku yang lain. Manusia cenderung untuk mencari segala sesuatu yang menguntungkan dan menyenangkan diri sendiri. Hal ini kemudian membuat kita bersikap kurang peduli pada orang lain. Bahkan tak jarang kita mengorbankan orang lain asalkan kita mendapat apa yang kita kehendaki. Dalam hal kecil pun, kadang-kadang secara tidak sadar kita menghindari suatu tugas atau pun pekerjaan tertentu hanya karena “enggan” atau merasa tidak tertarik dengan tugas itu, sehingga kemudian orang lainlah yang harus mengerjakannya. Juga saat kita bertemu dengan orang asing, mereka yang sakit dalam keluarga atau komunitas, mereka yang sedang menghadapi kesulitan dan membutuhkan pertolongan, apakah kita pun dapat menerima dengan tangan terbuka tanpa takut jika membantu mereka akan membuat kita kehilangan waktu, tenaga, pikiran kita yang “berharga”? St. Fransiskus mengajak kita untuk melihat sesama sebagai anugerah, yang berarti sesuatu yang berharga yang harus dijaga dan dipelihara karena diberikan oleh Dia yang amat mengasihi kita. Meneladan Fransiskus kita akan dimampukan untuk berbuat sesuatu bagi sesama yang membuat kehadiran kita sebagai Fransiskan mendatangkan berkat bagi orang lain.
Hari kedua: Masihkah Alamku Utuh dan Damai?
Pada Triduum hari kedua ini, kita diajak untuk melihat bagaimana kedekatan kita dengan sesama ciptaan yang lainnya sebagai anugerah dari Allah. Orang-orang tua pernah bercerita bagiamana keadaan alam kita dulu; sungai yang jernih dengan berbagai jenis ikan di dalamnya, langit biru, udara segar, bukit hijau, satwa yang beraneka ragam, dan lain sebagainya. Saat ini pemandangan dan suasanana itu banyak yang tak dapat lagi kita temukan; sungai keruh dan kering, sampah berserakan, langit tak lagi biru, banyak hewan yang punah dan hanya bisa kita lihat di gambar, bukit-bukit pun kering.
Keadaan ini pasti menumbuhkan keprihatinan dalam diri kita. Panggilan Fransiskan mengajak kita untuk mulai bergerak dan berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi, rumah kita. Jika kita bisa berpartisipasi dalam suatu gerakan untuk menyelamatkan lingkungan, tentukah itu hal yang baik. Namun jika tidak, baik juga bagi kita untuk mulai melakukan hal-hal sederhana seperti menghemat air, menanam tumbuh-tumbuhan di sekitar kita, membawa botol minum dan kotak makan sendiri, menjaga kebersihan lingkungan, atau mengurangi budaya konsumtif yang akan menambah jumlah sampah. Hal-hal “kecil” ini bila dilakukan dengan tekun dan setia pasti akan membawa dampak baik untuk ibu bumi kita. Dan ini juga akan menjadi inspirasi bagi orang lain untuk juga melakukannya.
Hari ketiga: Evangelisasi Fransiskan Masa Kini
St. Fransiskus memanggil seluruh ciptaan sebagai saudara yang mesti mendapat perhatian dan perlindungan dari kita makhluk yang secitra dengan Allah. Disebut sebagai saudara karena kita dan alam ciptaan berasal dari satu Bapa yang menciptakan kita dan kita tinggal di rumah yang sama, yaitu bumi. Kita semua memiliki kekurangan, namun jika kita mau, Tuhan akan memakai kekurangan kita untuk memuliakanNya. Ini menuntut adanya kerelaan dari kita untuk bekerja dan berbuat sesuatu. Sebagaimana Allah mengutus St. Fransiskus untuk memperbaiki Gereja-Nya, ia pun memanggil kita, “Perbaikilah Gereja-Ku!”. St. Fransiskus telah memberi teladan bagi kita, ia pergi dan meninggalkan semuanya untuk bekerja melayani Tuhan. Semoga kita pun bergegas untuk pergi sebagai Fransiskus zaman ini untuk memperbaiki Gereja-Nya. Kita mewartakan kabar dengan memelihara dunia agar tetap baik sebagaimana dulu Allah menciptakannya.
Setelah Triduum selesai, kita pun boleh merayakan Pesta St. Fransiskus Assisi dengan semangat baru, dengan lebih memperhatikan sesama, memelihara bumi, dan tanpa lelah bekerja untuk memperbaiki Gereja Kristus. Selamat Pesta….
Kontributor : Sr. Andriana Esti Setyawati, FMM – Komunitas Immaculate Conception Bogor