Kami Melakukannya Untuk Dia
September 1, 2021A Three-day Encounter with Mary of the Passion
September 21, 2021“Setiap pengalaman dikirim Tuhan untuk suatu maksud” (Beata marie de la Passion)
Kata-kata Mama Passion ini sangat tepat dan nyata. Kata-kata ini selalu menggelitik saya sekaligus membantu saya untuk merefleksikan dan memaknai setiap peristiwa yang saya alami ataupun yang saya dengar. Sesederhana apapun pengalaman itu selalu mempunyai kesan dan pesan yang kadang tidak disadari.
Kali ini ada beberapa pengalaman yang mau saya bagikan yang bagi saya sangat berkesan. Selain berkesan, pengalaman-pengalaman ini juga memotivasi saya untuk selalu menemukan pesan di balik setiap peristiwa . Sekaligus menemukan kehadiran Allah didalamnya.
Arti sebuah kunjungan
Suatu petang di awal Agustus, kami sekomunitas (Komunitas FMM Jambi), mengunjungi salah satu pegawai di sekolah TK & SD Xaverius 1 Jambi. Komunitas sepakat untuk berdoa bersama di rumahnya setelah mendengarkan sharing keluarga ini kepada beberapa suster sebelumnya. Dari sharing mereka, kami menemukan bahwa keluarga ini sangat membutuhkan dukungan spiritual dalam mengahapi berbagai pergulatan hidup.
Ketika kami tiba di rumah keluarga ini, mereka menyambut kami dengan sangat gembira dan penuh syukur. Setelah kami mengobrol beberapa saat, kami mengajak mereka untuk berdoa bersama. Kemudian dilanjutkan makan malam sederhana yang telah kami bawa dari komunitas. Usai santapan malam, keluarga ini masih mensharingkan pergulatan dan perjuangan mereka kepada kami. Melalui sharing mereka, kami semakin mengerti apa yang keluarga ini butuhkan selain doa dan bagaimana kami membantu mereka.
Dari pengalaman ini saya menemukan betapa bermaknanya suatu kunjungan. Kunjungan tidak hanya membawa sukacita bagi yang kita kunjungi tapi juga bagi yang mengunjungi. Bagi yang mengunjungi, kunjungan menjadi kesempatan untuk mendengarkan dan mengenal lebih dalam orang yang dikunjungi. Bagi yang dikunjungi, merupakan suatu kesempatan untuk berbagi suka duka kehidupan mereka.
Kunjungan kami ke keluarga ini, juga membantu kami mengenal dan memahami apa yang mereka butuhkan dalam hidup. Walaupun hidup mereka sederhana, kehadiran dan pendampingan secara rohanilah yang mereka butuhkan, bukan materi. Jadi, tidak semua orang yang kita pandang miskin secara materi, membutuhkan bantuan materi dari kita. Oleh karena itu, sebelum kita mau membantu orang kita perlu mengenal lebih jauh apa yang sungguh ia butuhkan.
Arti sebuah komunitas
Dalam perjalananku kembali dari kunjungan keluarga salah satu suster, baik para penumpang maupun sopir kurang mengenal rute perjalanan. Kami berusaha untuk menggunakan bantuan google untuk menemukan jalan yang benar dan jarak tempuh yang singkat. Namun, bantuan google malah membuat kami bingung dan juga jalannya semakin rumit. Sang sopir pun berinisiatif mencari cara lain.
Ia mencari teman-temannya yang sesama sopir travel yang masuk dalam satu komunitas “sopir travel & rental”. Berkat bantuan temannya ini kami pun bisa menemukan jalan yang tepat dan tidak rumit. Bahkan temannya ini rela menunggu kami di suatu jalan dan membantu mengarahkan kami, serta mengajak kami untuk sejenak istirahat di rumahnya.
Saya menanyakan sopir yang membawa kami itu, apakah dia mengenal temannya itu. Dia bercerita bahwa mereka tidak saling kenal sebelumnya. Dia baru menghubunginya dan baru berjumpa dengannya. Lalu dia melanjutkan, meski mereka tidak saling kenal, namun karena mereka bergabung dalam satu komunitas dan juga senasib, mereka bisa saling membantu dengan tulus. Itulah gunanya berelasi dan memiliki komunitas. Dengan kita masuk dalam satu komunitas, ke mana pun kita, tidak perlu takut dan cemas, asal kita mau terbuka dan rendah hati untuk meminta bantuan. Dia melanjutkan, itulah gunanya bergabung dalam suatu komunitas, suster.
Pengalaman dan kata-kata sopir ini, sangat menyentuh saya. Sebagai seorang suster, yang memilliki komunitas persaudaraan, ini juga yang saya alami. Komunitas adalah tempat untuk saling berbagi, saling mendukung, saling membantu, dan lain sebagainya, yang membantu saya semakin berkembang dan bertumbuh. Mengutip apa yang dikatakan sopir “dengan adanya komunitas, ke mana pun kita, tidak perlu cemas dan takut asal ada kerendahan hati dan keterbukaan untuk bertanya dan meminta serta berelasi secara baik.”
Pesan di balik “menguras” kolam
“Persepsi kita kadang keliru bahkan salah terhadap orang lain sebelum kita mengalami hal yang sama seperti yang ia lakukan”
Suatu siang saya bersama dua suster di komunitas membersihkan (menguras) kolam kecil yang ada di taman biara. Setelah beberapa waktu yang cukup lama kami membersihkan kolam, salah seorang suster bergumam: “ternyata membersihkan kolam ini membutuhkan waktu yang banyak. Padahal kita tiga orang membersihkannya, apalagi kalau hanya satu orang, pasti membutuhkan waktu lebih dari kita.” Kemudian suster yang satunya menanggapi: “Iya selama ini kita kadang kesal dan heran mengapa karyawan kita membersihkan atau menguras kolam cukup lama. Kini baru kita tahu, tidak semudah yang kita pikirkan. Apalagi dia sendirian, tentunya membutuhkan banyak waktu. Sayapun mengamini apa yang mereka katakan.
Dalam hati saya mengatakan kepada diri saya: “Ya, kadang kita mudah mencela dan menghakimi orang lain serta berprasangka yang keliru terhadap orang lain sebelum kita mengalaminya sendiri. Namun, setelah kita sendiri menjalani atau mengahadapi sendiri apa yang dilakukan orang lain barulah kita sadar dan memahami bahwa kita keliru dan bahkan salah menilai.
Menguras kolam membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Kita perlu memindahkan ikan-ikan ke air yang bersih dan wadah yang lebar sebelum kolamnya dikuras. Mengangkat sampahnya dan menyikat lumut-lumut di dasar dan pinggir kolam serta menyedot air yang kotor sampai kering. Kemudian mengisinya lagi dengan air jernih. Pekerjaan ini kelihatan sangat sederhana dan gampang tapi kalau tidak hati-hati dan tanpa prosedur yang tepat akan membawa celaka, baik bagi yang membersihkannya maupun bagi ikan. Ikan akan mati kalau kita pindahkan ke tempat yang tidak sesuai, kitapun akan jatuh terpeleset karena licinnya lumut kalau kita tidak hati-hati.
Seperti kolam ikan yang perlu dibersihkan secara rutin agar tidak menjadi sumber jentik penyakit dan bau serta membuat ikan-ikan mati demikian juga diriku. Saya pun perlu membersihkan diri secara rutin agar tetap bersih dan menjadi berkat bagi sesama dan mahkuk lainnya. Menguras sampai kedasar-dasarnya agar menjadi jernih dari semua kotoran. Kotoran-kotoran itu adalah sikap-sikap dan tindakan yang tidak pantas dan merusak hubunganku dengan Tuhan dan sesama.
Salam kasih dan doa
Sr. Yuliana Minus, FMM
Komunitas Our Lady of Providence Jambi