Pengalaman yang Pantas Disyukuri
August 2, 2020Pengalaman Selama Situasi Covid-19 di Yangon
August 9, 2020“Sehubungan dengan masa pandemi, pekan kaul tahun ini diadakan secara intern,” inilah pengumuman singkat dari Suster Magistra Novis. Yups, kali ini kami mengadakan pekan kaul di Komunitas Novisiat. Biasanya kami menyebut dengan sebutan “Pekan Kaul Bersama” (PKB), karena diikuti oleh beberapa tarekat. Maka sekarang berbeda istilah “Pekan Kaul Intern”.
Melaksanakan pekan kaul di komunitas, tidak menyurutkan semangat kami dalam membuat makalah, justru kami semakin diperkaya dan kreatif karena kami mendapat tugas untuk membuat, mendalami serta mempresentasikan ketiga nasehat Injil, yang kami hidupi dan hayati dalam kehidupan kami setiap hari sebagai seorang religius.
Selama masa pekan kaul ini, banyak hal yang kami terima yang sangat berguna dan akan menjadi bekal bagi perjalanan hidup kami sebagai seorang FMM. Di sini saya sangat tersentuh ketika kami diberi waktu untuk merefleksikan tiga tempat, yang sangat penting dan bersejarah bagi Yesus dan para pengikut-Nya, yakni:
Bethlehem
Adalah tempat kelahiran Yesus. Yang merupakan gambaran tanpa kepemilikan materi, yang dipilih Yesus, hidup dalam kemiskinan yang sempurna, sehingga Ia dilahirkan di kandang, terbaring di palungan dengan gembala dan binatang (keledai dan lembu) di sekelilingnya.
Dalam refleksi, saya mengartikan bahwa Bethlehem adalah masa-masa aspiran dan pra-novis. Dimana dimasa ini saya mengalami kelahiran baru dalam keluarga besar suster-suster FMM. Dilahirkan dalam arti saya belajar dan dibentuk bagaimana menjadi seorang FMM. Seperti Yesus yang meninggalkan ke-Allah-an-Nya dan segala kekayaan-Nya, demikian pun dengan saya, yakni secara berlahan mulai meninggalkan segala apa yang menjadi kesenangan dan kenyamanan masa lalu saya.
Berkaitan dengan ketiga nasihat Injil yang kami pelajari, Bethlehem merupakan contoh teladan penghayatan kaul kemiskinan dari Yesus untuk para religius.
Nazareth
Adalah tempat pertumbuhan Yesus atau tempat dimana Yesus dibesarkan. Nazareth menggambarkan kehidupan orang miskin dimana cinta, ketaatan, keheningan, kerendahan hati tetapi terutama “pengosongan diri yang penuh” dan kemiskinan berada.
Bagi saya Nazareth adalah kehidupan di Novisiat. Tempat di mana saya mengalami pertumbuhan, pertobatan, pengosongan diri serta tempat di mana saya menjalin relasi yang lebih intim dengan Yesus. Para suster juga sering mengatakan kepada kami; “novisiat adalah tempat bagimu untuk mengalami masa-masa bulan madu bersama Yesus, jadi nikmati dan gunakan kesempatanmu bersama Dia sebaik mungkin, karena kesempatan ini tidak akan datang untuk kedua kalinya.” Ini artinya, bahwa hanya di novisiat lah saya memiliki banyak waktu untuk semakin mengembangkan bakat yang telah Tuhan berikan serta mempererat persatuan dengan-Nya.
Di Nazareth tempat yang kecil, miskin dan sunyi inilah Yesus belajar untuk memurnikan diri. Di mana Dia yang adalah Putra Allah, namun dilahirkan sebagai manusia biasa. Di sini dibawah bimbingan Maria dan Yosef, Yesus dipersiapkan untuk lebih siap melakukan misi-Nya sebagai Mesias. Novisiat yang adalah Nazareth bagi para religius merupakan tempat pemurnian dan persiapan untuk melaksanakan misi.
Kalvari
Adalah tempat di mana Yesus disalibkan. Kalvari memanifestasikan kesunyian dari penderitaan yang luar biasa dan perampasan absolut dari Yesus.
Dalam refleksi saya kalvari adalah tempat dimana saya memulai melaksanakan tugas perutusan dan misi saya sebagai seorang misionaris. Mengikuti Dia dan menjadi mempelai-Nya berarti siap memanggul salib dan bahkan ikut disalibkan bersama Dia. Namun tidak hanya berhenti pada penderitaan dan salib saja, tetapi saya juga akan mengalami kemenangan dan kebangkitan bersama Dia.
Di tempat inilah Yesus menjawab “ya” terakhir-Nya demi ketaatan-Nya dalam melaksanakan kehendak Bapa. Tugas dan perutusan merupakan misi dalam hidup seorang religius. Di sini lah kita juga harus sampai pada jawaban “ya” terakhir kita demi ketaatan suci.
Panggilan hidup yang saya pilih saat ini merupakan kehendak bebas yang dilandasi dengan kesadaran penuh, artinya saya sadar bahwa pilihan ini mengandung konsekuensi yang siap saya terima dan hayati sebagai mempelai-Nya. Oleh sebab itu, keyakinan bahwa “Ia adalah jaminanku”, harus menjadi dasar yang kuat bagi perjalanan panggilanku.
Kontributor: Sdri. Agnes (Novis FMM tahun 2020)
[Follow Instagram @prompang.fmmindo untuk update berita terkini dari para Suster FMM]