Panggilan Tuhan Seindah Pelangi
May 5, 2020Mengutamakan Kesejahteraan Bersama
June 13, 2020Kesemena-menaan yang didorong oleh sikap rakus dan serakah harus dihentikan. Manusia harus ambil bagian secara nyata dalam pelestarian alam dan lingkungan, yang merupakan anugerah Tuhan bagi kita, sekaligus titipan anak-cucu kita.
Kutipan bagian awal dari Ensiklik “LAUDATO SI‘, mi Signore”, “Terpujilah Engkau, Tuhanku”. Dalam nyanyian yang indah ini, Santo Fransiskus dari Assisi mengingatkan kita bahwa rumah kita bersama bagaikan saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti ibu yang jelita yang menyambut kita dengan tangan terbuka. “Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari kami, Ibu Pertiwi, yang menopang dan mengasuh kami, dan menumbuhkan berbagai buah-buahan, beserta bunga warna-warni dan rerumputan”. Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.
Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan penguasa yang berhak untuk menjarahnya. Kekerasan yang ada dalam hati kita yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu bumi, terbebani dan hancur, termasuk kaum miskin yang paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita. Ia “mengeluh dalam rasa sakit bersalin” (Roma 8:22). Kita lupa bahwa kita sendiri dibentuk dari debu tanah (Kejadian 2: 7); tubuh kita tersusun dari partikel-partikel bumi, kita menghirup udaranya dan dihidupkan serta disegarkan oleh airnya.
Puji Tuhan kita masih diberi waktu untuk menyadari kehidupan ini sebagai suatu anugerah yang diberikan Tuhan bersama alam ciptaan-Nya yang indah ini namun seringkali kita lupa untuk merawatnya. Seperti pengantar dari Ensiklik Laudato Si’ di atas, saya yakin para suster sudah membacanya, dan juga sudah berbuat banyak kegiatan di komunitas, dari situ kita diajak untuk lebih banyak memberikan kontribusi memelihara alam ini dengan berbagai kegiatan ekologi dan kegiatan kemanusiaan, sosial dan seluruh tatanan hidup kita, khususnya dalam mewujudkan Tahun Laudato Si’ ini Mei 2020 – Mei 2021 akan menjadi fokus kegiatan kita dan juga berbarengan dengan situasi Pandemik Virus Corona yang sedang kita alami sekarang ini, di seluruh dunia menjerit dan juga ratusan bahkan ribuan yang kehilangan pekerjaan, juga masalah-masalah sosial lainnya seperti masalah keluarga dan anak-anak akan menjadi perhatian kita semua. Sebagai pengikut semangat St.Fransiskus, semua diajak untuk peduli terhadap keutuhan ciptaan, bekerja sama dengan berbagai tarekat maupun awam.
Ada empat bidang kerja di mana maksud Laudato Si’ diterapkan, yakni: (1) perlindungan lingkungan hidup (mis. pengumpulan sampah terpilah) , (2) perlindungan sumber daya air (3) perawatan untuk kawasan hijau, (4) pengurangan konsumsi sumber daya energi. Keempat bidang ini sudah ada di setiap komunitas para suster sudah melaksanakan bahkan sudah menjadi way of life: diantaranya memilah sampah plastik, sampah basah, sampah kertas, membuat pupuk kompos, menanam sayur-sayuran di sekitar biara dan menanam pohon-pohon serta merawat tanaman juga penghijauan. Membagikan sembako kepada keluarga-keluarga yang kurang mampu dan juga kepada karyawan-karyawan baik di sekolah maupun di poli klinik dan biara, juga kunjungan kepada keluarga suster yang sakit, membagi masker kepada RT dan RW juga para karyawan, serta mengadakan adorasi khusus untuk masa pandemik Virus Corona ini merupakan kegiatan secara bersama dalam provinsi dan juga doa Laudato Si’ dibuat sesuai denga situasi komunitas masing-masing. Tentu itu belum cukup mari kita lihat lagi bagaimana dengan gaya hidup usaha kita dalam menjalankan komitmen ekologis dan menyelamatkan bumi akan lebih berdampak jika menunjukkan sensitivitas ekologis dalam kehidupan sehari-hari. Kita tentu tidak asing dengan tiga istilah ini: Mengurangi – Menggunakan kembali – Mendaur ulang (Reduce—Reuse—Recycle). Semua ini tidak mudah untuk mendaur-ulang beberapa barang tertentu. Kita bisa berefleksi sebelum membeli barang baru atau menerima hadiah dari orang lain. Jika memungkinkan, gunakan selalu alat transportasi umum atau berjalan kaki. Kita bisa secara sadar mengurangi jejak ekologis kita (sampah/ limbah) dan hidup dengan lebih baik di bumi ini. Semua itu membutuhkan pengorbanan personal, namun pengorbanan itu layak demi bumi yang lebih baik.
Untuk menanggapi Tahun Laudato Si’, JPIC FMM – Provinsi mengadakan pertemuan secara online pertanggal 1 Agustus 2020 dengan koordinator dari setiap komunitas: adapun pembicaraan kami diawali dengan sharing dari setiap komunitas kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan, tentu tidak berbeda jauh apa yang diharapkan dari seruan Bapak Paus Fransiskus untuk memperhatikan ekologi dan juga kegiatan – kegiatan sosial lainnya, serta membuat program kegiatan bersama secara provinsi dan juga setiap komunitas program yang akan dibuat secara provinsi adalah: (1). Mengadakan Sosialisasi Masalah Human Trafficking di sekolah, asrama milik FMM serta bekerja sama dengan Paroki untuk OMK. 2). Mendoakan Tahun Laudato Si’ dari Mei 2020 – Mei 2021, 3).Menanam sayur untuk konsumsi di komunitas. 4). membuat video dan lagu dari kegiatan JPIC dari setiap komunitas, juga tulisan –tulisan tentang Laudato Si’ atau berupa doa.
Dalam permenungan saya dalam situasi seperti sekarang ini perlu ada pertobatan ekologis, dimana kita perlu memberi sumbangan berharga kepada upaya untuk memperbarui kemanusiaan. Paus Fransiskus ingin menawarkan kepada umat Kristiani suatu kerangka spiritualitas ekologis yang berakar dalam keyakinan iman kita, karena apa yang diajarkan Injil kepada kita memiliki konsekuensi terhadap cara kita berpikir, berperasaan, dan hidup. Yang penting bukanlah berbicara tentang ide-ide, tetapi terutama tentang motivasi yang lahir dari spiritualitas, untuk menumbuhkan semangat pelestarian dunia, dalam aksi yang dilakukan disekitar lingkungan hidup kita.
Ketika berbicara tentang “lingkungan”, kita menunjuk secara khusus pada suatu relasi, yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Hal itu mencegah kita untuk memahami alam sebagai sesuatu yang terpisah dari kita atau hanya sebagai kerangka kehidupan kita. Kita adalah bagian dari alam, termasuk di dalamnya, dan terjalin dengannya. Sekarang terjadi krisis yang tidak terpisah, yang satu menyangkut lingkungan dan yang lain sosial, tapi satu krisis sosial lingkungan yang kompleks, ini membutuhkan sebuah pendekatan secara holistik untuk memerangi kemiskinan, memulihkan martabat orang yang dikucilkan atau di isolasi karena terkena wabah Covid-19 dan pada saat yang sama melestarikan alam. Untuk itu peduli terhadap kehidupan bermasyarakat, dengan lingkungan sekitar kita dan mencintai sesama tanpa memandang latar belakang mereka. Dengan meneladani semangat Ibu pendiri kita: The Spirit of Mother Foundresses “To go to the poor, the little ones, sinners, is a need of my soul and my daughters would not be my daughters if I did not pass it on to them” (NS, 171).
Akhir kata dalam permenungan saya tentang Laudato Si’, bahwa Tuhan memanggil kita kepada suatu komitmen yang murah hati dan rela memberikan segalanya, memberi kita kekuatan dan juga terang yang kita butuhkan untuk gerak maju bersama dengan semua mahluk dan bekerja sama dengan semua orang kita berjalan di bumi ini mencari Allah, karena “jika dunia memiliki awal dan telah diciptakan, kita mencari Dia yang telah menciptakannya, kita mencari Siapa yang telah memberikan permulaannya itu, Siapa yang menjadi penciptanya”. Mari kita berjalan bersama semoga perjuangan dan kepedulian kita untuk Ibu Bumi menjadi sukacita dan terus menerus menemukan ide-ide yang baru.
Harapan bahwa semua kegiatan dan program yang sudah,sedang maupun yang akan dikerjakan baik secara komunitas maupun gerakan bersama dalam provinsi menjadi suatu semangat dalam mencintai merawat menjaga Keutuhan Keadilan semua Ciptaan Tuhan. Tingkatkan kerja sama baik sesama kita maupun antar tarekat dan awam.
Terima kasih banyak untuk semua komunitas dan para suster untuk kerja samanya, gerakan bersama dalam situasi Covid-19 dan tahun Laudato Si’ menjadi berkat dan iman kita semakin diteguhkan.
Pace e Bene
Kontributor : Sr. Mathildis, FMM