Pelayanan Dalam Kasih
February 13, 2023Temu OMK Lubuk Linggau Dalam Kasih Persaudaraan
February 25, 2023ABU di hari Rabu
….sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kej.3:19)
Abu yang dioleskan pada dahi, pada saat Rabu Abu mengingatkan kita akan dua hal yaitu ajakan untuk bertobat dan untuk menyadari keberadaan diri kita sebagai manusia yang berasal dari debu. Abu atau debu selalu dikebaskan oleh orang karena keberadaan mereka mengotori yang lain. Begitu pula tanah selalu diinjak-injak karena berada dibawah.
Abu
Abu seperti manusia jika selalu mengotori atau menjadi pribadi yang sulit dan jahat pasti akan di tolak dan bahkan diusir karena kehadirannya menyakiti orang lain atau mengganggu kehidupan komunitas. Tidak ada seorang pun yang mau ditolak dan diusir, artinya tidak ada yang mau menjadi pribadi yang sulit lalu mempersulit hidup orang lain. Namun dalam kenyataannya orang yang sulit itu ada.
Orang yang suka mempersulit orang lain biasanya tidak menyadari kalau mereka itu termasuk orang yang sulit. Jika terjadi kesulitan mereka selalu mempersalahkan orang lain. Tidak mampu melihat ke dalam dirinya secara benar dan jujur. Sikapnya selalu mempersulit orang lain meskipun sebenarnya bisa dipermudah, tetapi tetap saja yang keluar adalah kata-kata yang pedas, sinis, ketus, tidak mau menjawab, atau wajah yang cemberut, sehingga tidak menampakkan wajah Allah yang Maharahim.
Solusinya pertama orang sulit itu perlu memiliki kerendahan hati sebagai debu, yang harus menyadari bahwa dirinya memang sulit. Ada yang memang sudah menyadarinya namun tetap tidak berubah, karena masih membiarkan dirinya dikuasai oleh dosa-dosa seperti dosa sombong, marah, iri, tamak, rakus, hawa nafsu, egoisme dan malas. Maka perlu adanya kehendak yang kuat untuk menolak dan mengelola dosa-dosa tersebut agar bisa berubah atau bertobat.
Masa prapaskah merupakan waktu bagi kita untuk bertobat dari dosa-dosa kita.
Tanah
Tanah seperti juga manusia yang ada dibawah, baik sebagai orang bawahan, berpendidikan rendah, miskin, usia lebih muda, itu semua mempunyai potensi untuk diinjak-injak orang yang berada diatasnya. Namun jika kita mengenali diri kita bahwa kita ini berasal dari tanah maka kita tidak akan tersinggung dan marah ketika kita diinjak-injak orang, begitu pula tidak ada yang akan berani untuk menginjak-nginjak orang lain, karena kita semua ini sama berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Jika kita wafat raga kita akan hilang lenyap tak berbekas, kecuali nama baik atau buruk kita yang dikenang. Dan jiwa kita akan ke surga atau neraka tergantung perilaku kita.
Kita ini adalah abu yang meraga, yang menjadi hidup oleh nafas Allah. Maka tanah yang kotor dan rendahan ini menjadi berharga sebagai citra Allah, sebagai manusia yang memiliki daya hidup Allah. Daya Hidup Allah atau Roh Kudus ini ada dalam diri kita, dan yang membantu kita untuk hidup dalam pertobatan terus menerus sampai pada kematian raga kita. Sehingga pada akhirnya kita bisa hidup dalam kesatuan dengan Allah yang Mahakasih.
Saat-saat hening selama masa pra-paskah menjadi saat yang tepat bagi kita untuk semakin merasakan kehadiran Roh Allah dalam hidup kita. Roh yang membimbing kita pada hidup yang dipersatukan dengan Allah, hidup menjadi suci dihadapan Allah dan sesama.
Selamat menjalani masa pra-paskah.
Sr.Linda FMM