Renungan TRIHARI SUCI 2
April 7, 2023Kunjungan Deputi Bank Indonesia Ke SD Xaverius 1 Jambi
April 13, 2023Pemberian Hamba Allah yang menderita
1 Petrus 1: 18-23
Hamba Allah yang menderita atau Tuhan Yesus itu tidak memberikan perak atau emas kepada pengikut-Nya, tetapi memberikan darah-Nya atau hidup-Nya sampai titik darah penghabisan. Ia tidak menikah, Ia mau susah payah; hidup dalam kemiskinan dan taat total melaksanakan tugas keselamatan serta penebusan dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa, yang merupakan kehendak dari Allah Bapa. Jadi bukan untuk popularitas atau kepentingan diri-Nya. Ia berupaya melepaskan atau membebaskan diri dari kelekatan yang menghambat pelaksanaan tugas demi memperjuangkan pertobatan orang lain.
Suatu pemberian diri yang tulus, tidak ternodai oleh agenda-agenda tersembunyi untuk keuntungan diri. Pribadi dewasa yang hanya memikirkan kepentingan orang lain. Seorang pemimpin yang mengenal, memahami dan memberdayakan orang-orang disekitarnya dan juga tidak secara eksklusif untuk di miliki-Nya sendiri, tetapi dihantarnya untuk dekat pada Allah Bapa, supaya dapat berkomunikasi langsung dengan Allah Bapa. Suatu pemberian diri yang mengantar orang pada kesucian, yaitu hidup dalam persekutuan dengan Allah dan kasih persaudaraan inklusif.
Pemberian diri sebagai realisasi dari doa “ jadilah kehendak-Mu diatas bumi seperti di dalam surga”. Suatu upaya manapaki resiko Salib dan menjalani kesulitan hidup yang dipersembahkan kepada Allah sampai kita mampu merasakan kebangkitan dan suasana surgawi di tengah kesulitan duniawi. Realisasi ini membutuhkan kedalaman refleksi, membutuhkan kemampuan memaknai Salib sebagai monument keselamatan, dan membutuhkan kemampuan memaknai derita sebagai kesempatan untuk mengelola diri sehingga kita menjadi terbiasa mengatasinya. Akhirnya kita menjadi lebih berani memberikan diri dengan segala resikonya.
Pemberian mempunyai banyak bentuk, diantaranya memberi waktu, tenaga, ilmu pengetahuan, harta milik, pikiran dan lainnya. Untuk bisa bermurah hati dalam memberi perlu kesadaran bahwa kita telah menerima banyak dari Allah secara cuma-cuma melalui tarekat atau komunitas atau orang tua kita. Kita tidak pernah membayangkan bahwa Allah akan menghentikan pemberian-Nya, karena Allah Mahaada yang tidak terbatas, tetapi tarekat memiliki keterbatasan seperti ciptaan lainnya, maka perlu dipelihara dan ditopang oleh anggotanya. Jika Allah yang Mahakuasa saja meminta kita untuk mempersembahkan hidup kita kepada-Nya, apalagi tarekat yang terbatas, akan sangat tergantung dari pemberian diri para anggotanya. Sejauh mana dan sedalam apa kualitas pemberian diri, kualitas kesiapsediaan serta kualitas kerajinan anggota dalam menghidupi tarekat dan menjalankan misi nya, sejauh dan sedalam itu pula kualitas keberadaan tarekat.
Dalam rumusan Kaul tertulis : “Mengikuti Kristus dalam Roh Kudus, saya menyerahkan diri tanpa syarat kepada Bapa, seturut teladan Maria dan Fransiskus. Saya mempersembahkan hidup saya bagi Gereja dan Penyelamatan dunia. Saya membaktikan diri pada Ekaristi Adorasi dan pewartaan kabar gembira…”. Dalam rumusan ini tertulis janji, bahwa hidup anggota dan tarekat adalah hidup yang diserahkan kepada Bapa, dipersembahkan bagi Gereja dan Dunia, dibaktikan pada pewartaan kabar gembira. Untuk bisa melakukan itu tentu anggota harus menghidupi tarekatnya terlebih dahulu agar tarekat tetap mampu “menyerahkan – mempersembahkan – membaktikan” dirinya dalam semangat kasih.
Jakarta 5 April 2023
Sr.Linda FMM