Keberanian untuk Melangkah
April 6, 2023Renungan TRIHARI SUCI 3
April 8, 2023Kepemimpinan Hamba Allah yang menderita
1 Petrus 2:20-25
Hamba Allah yang menderita ini memberi teladan kepada kita sebagai pengikut-Nya supaya bisa mengikuti jejak-Nya. Apa yang bisa kita ikuti dari jejak keteladanannya adalah manajemen atau pengelolan diri sendiri, pengelolaan tugasNya dan mengelola Tim para rasul-Nya.
Hamba Allah yang karena perbuatan baiknya, Ia harus menderita lahir dan batin. Namun dalam penderitaan itu Ia mampu manjalaninya tanpa mengeluh ataupun protes kepada Bapa-Nya yang memberi Dia tugas. Bahkan tidak ada niat dalam hati-Nya untuk membalas dendam atau mengancam orang yang mencaci dan menghinanya (bdk 1Pet.2:23). Ini menunjukkan bahwa Dia mampu mengelola perasaan-Nya dan mengarahkan diri serta fokusnya pada tugas yang harus dilaksanakan-nya demi keselamatan orang banyak. Dia sudah mengalami transendensi diri, pelepasan dari segala keterikatan pada ego-Nya, mampu “susah-susah dahulu, senang-senang kemudian”. Dia tahu bahwa perlakuan tidak adil dari orang lain tidak akan mengurangi harga dan jati diri-Nya sebagai Putera Allah maupun sebagai citra Allah. Cercaan dianggap-Nya sebagai hembusan angin yang menerpa sesaat, lalu akan berlalu tanpa bekas, sehingga Dia tidak mau membuang tenaga untuk meratapinya atau membalasnya. Dia menyerahkan kepada Allah yang akan menghakimi dengan adil.
Pengelolaan diri yang diarahkan pada tujuan mulia dari tugas-Nya yaitu keselamatan banyak orang, telah memampukan-Nya menjadi teladan dalam mengelola penderitaan dan masalah, sehingga para pengikut-Nya semakin percaya dan mengandalkan Dia sebagai pemimpin yang memiliki integritas dan kredible. Resiko derita atau Salib dijalani-Nya dengan rela dan tulus untuk tugas penyelamatan umat manusia. Keteladanan dari seorang Pemimpin yang mau memberikan diri dan hidup-Nya secara total bagi tim para rasul dan para pengikut-Nya.
Dalam mengalami kegagalan pun, dia tetap tenang, tidak mau menyalahkan orang lain, melainkan tetap konsisten pada tugas penyelamatan, bahkan dengan sadar menyelamatkan orang-orang yang membuat-Nya gagal lewat pengampunan dan membuka kesempatan untuk bertobat. Hanya sayangnya Yudas murid yang menghianati-Nya, tidak mampu melihat kesempatan itu, sehingga Yudas melakukan kesalahan kedua yaitu bunuh diri, akhirnya kesempatan untuk mengalami kasih Allah hilang lenyap selamanya dalam hidup Yudas.
Kita sebagai pengikut-Nya tinggal mengikuti teladannya saja, melatih diri pertama-tama mengelola rasa, pikir dan perilaku kita sendiri, kemudian mengelola tugas kita sehingga tidak akan terjadi kelalaian dalam melaksanakan tugas yang bisa menyebabkan rekan kerja kita berdosa karena marah dan jengkel oleh kelalaian dan egoism kita dalam bekerja. Yang berikut adalah mengelola relasi dan komunikasi yang mengarah pada pertobatan orang lain dan membangun persekutuan dengan Allah serta sesama. Relasi dan Komunikasi adalah seni yang bisa dilatih dan diubah untuk tujuan mulia, ada banyak teori komunikasi dan relasi yang bisa dibaca dan dipelajari untuk membantu kita menjadi semakin elok dalam menggunakan keduanya di kehidupan kita setiap hari.
Sr.Linda FMM