Kisah dari Panti Rehabilitasi Gangguan Mental/Jiwa
November 7, 2021ADVEN
December 9, 2021KEPEMIMPINAN YANG MEMBERDAYAKAN (2.4)
Bahan Rekoleksi bulan Desember
A. Bahan bacaan
Konstitusi Bab VII
Lukas 5 : 1-11
Lukas 9 : 1- 6
B. Renungan
Dalam konstitusi Bab VII dinyatakan bahwa Pemerintahan dan struktur-struktur dalam Tarekat ada untuk melayani para anggota serta misinya bagi Gereja, dalam semangat persatuan dan universalitas (bdk Ef.4:3-4). Pemerintahan dan struktur kita bersifat: (1) partisipatif dan (2) desentralisasi, (3) subsidiaritas (Kons.art.130).
Pemimpin ada untuk membantu komunitas bertumbuh dalam : (1) persatuan, (2) kesetiaan pada karisma dan (3) pelaksanaan panggilan misionaris. Pemimpin melaksanakan kepemimpinannya : (1) dalam semangat pengabdian Injili (Mk.10:42-45); (2) mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, (3) mendorong para suster untuk bertumbuh dalam tanggung jawab bersama (kons art.128-129).
Seorang pemimpin dalam struktur yang bersifat partisipatif, desentralisasi dan subsidiaritas perlu memiliki semangat memberdayakan anggota (empowerment). Kita akan belajar dari Yesus sebagai pemimpin yang memberdayakan:
Lukas 5:1-11, Yesus memilih dan memanggil Petrus di tempat kerjanya untuk melihat cara kerja dan sikapnya terhadap kerja. Petrus memiliki potensi sebagai penjala ikan dan dia sungguh bekerja semalaman, namun ternyata danau sedang tidak ada ikan untuk ditangkap. Dia diminta untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam, menggali lebih dalam potensi yang ada dalam dirinya disertai oleh iman dan ketaatan yang dijiwai oleh kerendahan hatinya. Maka potensi itu menjadi berdaya dengan keberhasilannya menjala ikan yang banyak, dan dia tidak sombong mengakui itu sebagai hasil kerjanya tetapi mengakuinya sebagai karya Tuhan yang memintanya untuk menjala (potensi yang dipraktekkan sebagai pelaksanaan dari kehendak Tuhan). Setelah membangkitkan potensinya, Yesus memberi dia tugas sebagai murid-Nya yang akan menjala banyak manusia untuk diselamatkan. Peran pemimpin juga untuk selalu mengingatkan anggota dalam melakukan tugas dan peran di komunitas maupun misi.
Dalam Lukas 9 :1-6 sebelum Yesus memberi tugas kepada murid-Nya, Yesus memberi mereka tenaga (daya, potensi) dan kuasa (power) untuk bisa melaksanakan tugasnya, dan juga memberikan uraian yang jelas tentang pekerjaan dan arahan yang jelas mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Ini mengandaikan kemampuan merencanakan dan kemampuan menyampaikan atau mengkomunikasikan rencana itu secara detail kepada anggota dan dapat dipahami oleh anggota. Mereka (murid/anggota) dipersiapkan, diberdayakan, digali potensinya baik melalui praktek dan penugasan maupun melalui studi, sehingga memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam karya Yesus, mampu mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Resiko dari misi pun sudah diperhitungkan yakni penolakan, dan Yesus memberi tahu juga bagaimana mengatasi resiko itu (manajemen resiko).
Pemimpin yang memberdayakan memiliki kemampuan untuk belajar dari studi, dari pengalaman dirinya maupun pengalaman orang lain dan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat, terutama belajar mengenali anggotanya supaya bisa diberdayakan. Pemimpin yang memberdayakan memiliki kebebasan untuk mempersilahkan anggotanya berperan, berhasil dan bertumbuh tanpa merasa iri atau tersaingi.
Semangat pemberdayaan ini juga bisa diterapkan pada diri sendiri dan juga kepada sesama anggota dalam bekerja sama. Menggali potensi diri yang ada, mensyukuri dan saling mendukung, saling mempercayai dan saling memberi kesempatan untuk mempraktekkannya.
C. Panduan Refleksi
- Bagaimana saya mengenali potensi diri, potensi teman kerja, potensi anggota dan atasan?
- Bagaimana saya memberdayakan potensi yang ada pada diri, teman, anggota dan pimpinan untuk berlangsungnya karya misi komunitas / tarekat?