Maret yang Penuh Berkat: Kunjungan Regio Trinity Memberikan Kekuatan dan Semangat Baru
March 28, 2024Pembaharuan Janji Setia kepada Gereja Katolik Roma
April 22, 2024Bacaan : Lukas 24:13-35
Konteks
FMM Idonesia – Situasi awal dalam kisah perjalanan ke Emaus adalah sebagai berikut: Dua orang murid Yesus meninggalkan Yerusalem, pergi menuju ke Emaus, karena situasi yang dihadapinya yaitu : (1) Yesus yang diikutinya telah wafat, (2) bahkan jenazahnya juga hilang, tidak ada lagi di makam-Nya.
Lalu ada berita dari perempuan yang mengunjungi makam Yesus bahwa mereka bertemu dengan malaikat yang mengatakan kalau (3) Yesus itu hidup.
Situasi ini telah mempengaruhi perilaku mereka, yaitu mereka pergi keluar dari Yerusalem, meninggalkan panggilan kemuridan-nya. Situasi ini juga mempengaruhi perasaan mereka yang nampak dari muka yang muram, menunjukkan bahwa mereka merasa sedih, kecewa dan juga bingung.
Mereka tidak bisa mengontrol atau mencegah peristiwa kematian Yesus yang membuat mereka sedih. Situasi ini diluar kendali mereka. Mereka hanya bisa menerima situasi itu, dan menanggapinya dengan meninggalkan Yerusalem, mau kembali pada kehidupan lamanya sebelum menjadi murid Yesus.
PERSON
Di tengah perjalanan, kedua murid itu tenggelam dalam permasalahan mereka sebagai murid yang ditinggalkan oleh Yesus, Nabi yang diikutinya. Mereka bertukar pikiran, menganalisa peristiwa Yesus yang wafat namun juga Yesus yang hidup sebagaimana disampaikan oleh malaikat. Perasaan sedih, kecewa, heran, bingung bercampur memenuhi diri mereka.
Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya berinisitif menampakkan diri dan menghampiri mereka. Yesus bertanya “apakah yang kamu percakapkan dan apakah itu?” (ayat 17,19), dengan pertanyaan itu Yesus mau mengajak mereka untuk merumuskan, mengungkapkan permasalahan mereka sendiri, supaya Yesus bisa memberikan tanggapan yang tepat.
Yesus memulai katekese / pengajaran / proses transformasi ini dari permasalahan hidup yang nyata dan aktual yang dialami oleh kedua murid itu
Kedua murid itu berani bercerita apa adanya dengan terbuka, karena mereka melihat Yesus sebagai orang asing, bukan prajurit atau orang Farisi, yang pastinya tidak akan menangkap mereka sebagai murid Yesus yang mengalami hukuman salib.
Setelah memahami permasalahan mereka Yesus melanjutkan katekese-Nya/ pengajaran-Nya dengan teks Kitab Suci yang ada hubungannya dengan permasalahan kedua murid yaitu tentang kematian Yesus yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Kedua murid terpukau oleh penjelasan Yesus (orang asing itu; ayat 18), yang bisa mencerahkan pikiran dan pandangan mereka mengenai kematian Yesus (nabi; ayat 19) yang diikutinya, hatinya berkobar-kobar, sehingga mereka terdorong mengundang Yesus (orang asing itu) untuk tinggal bersama mereka.
Mereka tidak mengenali Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya yang baru. Namun setelah Yesus melakukan kebiasaaan-Nya yang baik yang biasa dilakukan semasa hidup-Nya, yaitu memberkati roti, memecahkan dan membagikannya, barulah kedua murid itu mengenali Yesus, Nabi yang diikutinya selama ini. Jadi setelah kita meninggal, rupanya yang dikenang dan dikenali adalah kebiasaan dari perbuatan kita entah itu baik atau buruk.
Pengalaman perjumpaan mereka dengan Yesus yang berkuasa telah memberi semangat baru. Iman mereka akan Yesus semakin mendalam dan memperharui hidup mereka, mereka mau kembali ke Yerusalem, menghidupi kembali panggilan sebagai murid Kristus. Di Yerusalem mereka menceritakan pengalaman mereka bertemu dengan Yesus, yang kemudian mengubah pandangan para murid lainnya terhadap Yesus, yaitu dari Nabi menjadi Tuhan (ayat 19, 34).
Tokoh Yesus dalam kisah ini, bisa jadi adalah seorang Katekis, Guru, Pewarta, Imam, Suster, Bruder atau kita sendiri ketika dihadapkan pada kedua murid tersebut. Dan Kedua murid tersebut bisa jadi adalah kita yang mengalami persoalan seperti yang dialami oleh mereka.
PROSES TRANSFORMASI
Proses Transformasi yang dialami kedua murid sebagai berikut:
- Pembaharuan budi
Dalam situasi terpuruk, sedih, kecewa, bingung dan takut, kedua murid itu sangat terbuka untuk bercerita dan rendah hati untuk menerima bantuan, bimbingan, nasihat dan ajaran dari orang yang tak dikenal sama sekali.
Lalu akibat dari bimbingan / pengajaran / renungan Kitab Suci, mereka mulai bisa memahami makna dari kematian Yesus dalam perspektif yang lebih luas dan mendalam, tidak hanya sebagai tertuduh yang disalibkan. Namun bisa melihat peristiwa dalam terang Sabda Allah.
Berkat keterbukaan dan kerendahan hati, terjadi suatu pembaharuan persepsi, pandangan dan pemahaman akan kematian Yesus, bukan hanya sekedar penyaliban tetapi sebagai jalan penebusan dosa manusia.
- Perubahan Rasa
Dengan pembaharuan dan pencerahan Budi tersebut, kedua murid mengalami perubahan perasaan dari sedih menjadi terpukau dan berkobar-kobar. Disini kekuatan dari pikiran yang positif atau pikiran baik sangat bisa mempengaruhi perasaan, yaitu dari rasa negative menjadi rasa positif.
Mereka juga menjadi peka pada kehadiran Yesus dalam diri orang asing, dalam Sabda yang dijelaskan, dalam perjamuan atau ekaristi dan dalam peristiwa hidup mereka sendiri; bahwa Tuhan Yesus selalu menyertai mereka.
- Perubahan Perilaku
Mereka tidak lagi tenggelam dalam kedukaannya, sehingga lebih bisa peduli pada orang asing (Yesus) dengan memberi tumpangan dan makanan. Keluar dari diri dan kepentingannya sendiri untuk lebih memperhatikan orang lain. Bahkan dengan segera kembali ke Yerusalem, untuk menjalani kembali panggilan hidup sebagai murid Yesus.
- Setia pada Panggilan Hidup Kemuridan
Mereka sempat mengalami krisis panggilan sebagai murid oleh karena kematian Yesus yang tidak dipahaminya. Tetapi setelah mendengarkan Kitab Suci, merenungkannya dan merayakan perjamuan bersama Yesus (Ekaristi), mereka mulai mendapat pencerahan dan mampu memaknai kematian Yesus. Ini menyemangati mereka untuk mengundang dan melayani orang asing (Yesus) dan untuk menjalani kembali panggilan kemuridannya.
- Mempengaruhi komunitas untuk transformasi bersama
Transformasi pribadi yang benar akan berpengaruh pada transformasi bersama. Dalam hal ini transformasi yang terjadi adalah mereka semakin beriman kepada Yesus sebagai Tuhan yang selalu menyertai mereka dalam perjalanan hidup baik suka maupun duka. Dan mereka semakin bersemangat bekerja-sama dalam mewartakan Yesus yang bangkit.
Pertanyaan refleksi untuk disharingkan
- Sejauh mana saya mengasah / mempertajam kepekaan saya akan kehadiran Tuhan dalam diri orang lain, dalam peristiwa, dalam sakramen-sakramen dan dalam Sabda Allah?
- Bagaimana Sabda dan Perayaan Ekaristi bisa mengubah pikiran, perasaan dan perilaku saya menjadi lebih baik?
- Bagaimana cara saya membawa orang lain pada transformasi diri untuk menjadi lebih baik?