
Caren dan Yana, Menanggapi Panggilan Tuhan
February 27, 2022
Kasih Sayang Untukmu
March 3, 2022DIMASA YANG AKAN DATANG KITA LEBIH BEKERJA-SAMA DENGAN ORANG LAIN DARIPADA MELAKUKAN SEGALA SESUATU SENDIRI (2.8)
Teks Kitab Suci
Kej.2:15, 2 Tes.3:7-10, Yoh. 5:17, 17:4, Amsal 6:9-11, 104, 12:24, 14:23, Kol.3 :23-24
Bekerja-sama adalah perwujudan dari hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Seseorang yang bisa bekerja sama, tentunya dia sudah bisa bekerja dulu secara mandiri, baru kemudian bekerja sama. Untuk itu kita perlu mendalami tentang “Kerja”.
KERJA
Kerja adalah bagian dari aktivitas yang melekat pada manusia sebagai Citra Allah (Kej.1:26,28; Allah menciptakan manusia supaya berkuasa atas…. Menaklukan/menguasai bumi adalah bagian dari berkat yang diterima manusia.). Kerja sebagai perwujudan dari maksud Allah menciptakan manusia, Kerja adalah kehendak Allah untuk mengembangkan ciptaan-Nya yang baik, menjadi semakin berkembang dengan lebih baik.
Sacara konkrit kerja merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi semua orang. Jadi ada unsur produktivitas atau ada hasilnya, dan ada manfaat yang bisa dirasakan semua orang. Dari pengertian ini tersirat bahwa orang bekerja itu perlu kerja keras, kerja cerdas, dan kerja tulus.
Kerja keras tidak sama dengan kerja berat. Kerja keras adalah melakukan pekerjaan rutin kita dengan rajin, dengan setia/tulus, dan berusaha agar setiap hari menjadi semakin lebih baik dengan keluar dari zona nyaman. Misalkan jika seseorang tugas masak untuk komunitas, maka tidak cukup hanya memasak setiap hari dengan setia dan rajin, tetapi juga mau keluar dari zona nyaman yang sudah rutin dan terbiasa itu, dengan berusaha secara lebih baik lagi (mempelajari teknik memasak, kursus masak, baca resep dll) sehingga hasil kerja-nya mempunyai nilai tambah yang berguna (misalkan ciptakan resep sendiri, hasil makanannya bisa dijual, bisa mengajari orang lain bagaimana memasak secara professional dst.). Dengan demikian lamanya masa bertugas di dapur tidak sia-sia karena menjadi masa/kesempatan bagi dia bersekolah di dapur yang meluluskan-nya menjadi seorang koki yang terampil dan handal, tidak asal kerja atau menjalankan tugas saja, apalagi jika dia juga mau belajar bahasa Inggris, dia berpeluang bisa menjadi Koki di misi ad extra.
Kerja keras saja tidak cukup, tetapi juga harus disertai dengan kerja cerdas. Kerja dengan cerdas berarti dengan usaha yang sama tetapi bisa menghasilkan lebih, jika dibandingkan dengan hasil dari kerja keras ( baik kualitas, kuantitas, maupuan manfaatnya bagi orang lain). Bisa menemukan cara-cara cerdas dalam menyelesaikan masalah dan mengembangkan kerjanya sehingga semakin efisien dan efektif. Ini mengandaikan : (1) ada target jelas yang mau dicapai dari setiap usaha kerja, (2) focus pada kerjaan dan tujuan dari kerja yang telah ditetapkan saat bekerja (mengerjakan satu pekerjaan sampai tuntas), (3) Membuat prioritas pekerjaan dari yang paling penting & mendesak pada yang kurang penting & mendesak, (4) kerja pada waktu yang tepat dan selesai sebelum waktunya (kecerdasan mengelola waktu), (4) bisa menyisihkan waktu untuk istirahat, untuk me time dan waktu untuk komunitas.
Kerja dengan tulus berarti, semua untuk kemuliaan Tuhan dan untuk kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, bukan untuk mendapat sesuatu, bukan untuk pujian, pengakuan, ketenaran. Sebab kerja adalah bagian dari ibadah.
Godaan dari “Kerja” diantaranya adalah malas (salah satu dosa pokok) dengan berbagai bentuknya seperti : (1) suka menunda-nunda kerja, (2) banyak alasan untuk terlambat mengerjakan atau untuk tidak mengerjakan pekerjaan, (3) suka mengeluhkan pekerjaan dari pada mencari solusi, (4) cari jalan pintas / instan (plagiat, nyontek dst) tidak suka proses, (5) nunggu diperintah, tidak inisiatif dan tidak mandiri (6) tidak pernah buat rencana kerja atau agenda, (7) tidak mau keluar dari zona nyaman. Kemalasan ini sangat mengganggu kerja sama.
BEKERJA SAMA.
Seseorang yang sudah bisa bekerja mandiri, sudah mempunyai modal untuk bisa bekerja sama dengan satu atau beberapa orang lain, tanpa mempersulit atau menghambat rekan kerja dan pekerjaan. Untuk memperlancar bekerja-sama ini, seseorang perlu memiliki keterampilan berkomunikasi. Orang yang terampil berkomunikasi, akan berkomunikasi secara profesional baik lisan, verbal maupun tulisan, karena ia seorang ahli dalam berkomunikasi.
Ciri-ciri seorang yang professional dalam berkomunikasi adalah kemampuan menjaga pola komunikasinya dari segala gangguan, agar tetap bisa berkomunikasi dengan santun dan lancar. Gangguan tersebut diantaranya adalah :
- gangguan Medium/sarana komunikasi yaitu HP, Internet, email, TV, Koran, dan diri sendiri sebagai pembawa pesan termasuk medium. Medium selain sebagai mediasi pesan (kata-kata) yang mau disampaikan juga adalah “pesan” itu sendiri. Maka cara berbicara (sinis, ketus, kasar, halus, sopan dll), raut wajah, sikap tubuh, tekanan suara, artikulasi perlu ditata karena mengandung pesan juga bagi pendengar.
- gangguan Semantik yaitu gangguan atas penggunaan kata dan maknanya yang tidak tepat, karena kurangnya kosa kata yang membuatnya sulit mengatakan apa yang ada dipikirannya, kurangnya pengetahuan karena tidak mau membaca/belajar, kemampuan bahasa yang lemah atau karena budaya yang berbeda. Maka perlu kerendahan hati untuk mengakui jika belum paham, rendah hati meminta penjelasan lagi. Begitu pula sebaliknya yang berbicara perlu kesabaran dan kemurahan hati untuk menjelaskan lagi tanpa rasa kesal. Sampai akhirnya memiliki pemahaman yang sama diantara rekan yang kerja-sama.
- gangguan kelemahan manusiawi (tuli, cadel, malas bicara, kaku, tidak mampu mengendalikan emosi, prasangka buruk, tidak jujur, tidak terbuka, defensif/bela diri terus tanpa mau mendengarkan, menyalahkan orang lain terus tanpa refleksi diri dll). Ini semua perlu dikelola secara dewasa saat berkomunikasi sehingga komunikasi dalam kerja sama tetap lancar, pekerjaan berjalan baik dan tujuan kerjasama dapat dicapai dengan lebih ringan dan cepat.
Tujuan Komunikasi adalah komunio, yaitu membangun persekutuan antara orang-orang yang berkomunikasi (saling mendengarkan, saling mengenal, saling memahami). Begitu pula orang-orang yang bekerja-sama dengan baik, seharusnya menjadi lebih saling mengenal, bukan semakin saling membenci. Dengan demikian Komunikasi dan Bekerjasama pada hakekatnya adalah sarana mempersekutukan orang dalam bekerja bersama untuk mengembangkan kehidupan dan ciptaan Tuhan.
Apabila dalam komunikasi dan bekerja-sama yang terjadi malah sebaliknya, maka perlu dipertanyakan cara saya berkomunikasi dan bekerja-sama, apakah masih membiarkan diri saya dijajah atau dihambat oleh gangguan-gangguan diatas.
Pertanyaan Refleksi
- Bagaimana cara saya bekerja selama ini?, apakah ada hasilnya? Apakah ada manfaat yang berguna bagi orang banyak?
- Bagaimana cara saya berkomunikasi selama ini? Apakah pola komunikasi saya mendukung bekerja-sama atau malah memecah belah ?