Turning Self-Limitations Into Pearls of Spiritual Power
September 25, 2023Profession Day: Let Us Begin Again, For Until Now, We Have Not Done Anything
December 20, 2023Untuk melanjutkan transformasi kita perlu memperbaharui Sabda Allah pada tempat yang semestinya dalam hidup kita dan menciptakan kembali cara kita mendengarkannya, menyambutnya, membagikannya, menafsirkannya dan mempraktikkannya baik sercara pribadi maupun dalam komunitas.
Kalimat ini adalah ungkapan dari Sr. Francoise pada saat pembukaan kapitel umum 2022 yang lalu. Suatu ajakan untuk mengikuti Yesus dengan mendengarkan Sabda Tuhan dan dengan menyediakan waktu secara konsisten untuk mendengarkan-Nya. Sabda Tuhan selalu ditawarkan kepada kita dan mendorong kita untuk menjadi pelaku iman dalam hidup.
Pelaku iman untuk selalu siap menerima rahmat baru, untuk memulai sesuatu yang baru sebagai bentuk tanggapan terhadapat tawaran Allah. Tindakan ini juga nampak dari kesiap sediaan para suster di seluruh dunia. Penuh antusias untuk menyambut rahmat baru yaitu “Regio” sebagai rumah baru kami.
Seluruh FMM berpartisipasi. Begitu juga dengan 4 komunitas FMM (Soa,Bajawa, Watu Api, dan Pagal) di pulau Flores-Indonesia. Para suster dari 4 komunitas berkumpul bersama-sama sejak 29 Oktober-2 November 2023.
Photo Slideshow :
[metaslider id=2763]
Pada 30 Oktober, bertempat di Aula FMM Bajawa, para suster bersama sama bergabung dalam zoom meeting, FMM Provinsi Indonesia. Sambutan dan ucapan selamat tinggal pada struktur FMM yang lama yaitu sebagai Provinsi berlangsung lancar dan hikmat. Sedangkan acara puncak penutupan Provinsi pada 31 Oktober terjadi secara sederhana namun meriah dalam misa penutupan peralihan dari Provinsi menuju Regio.
Turut hadir dalam acara misa ini Romo Vikep Kevikepan Mbai; Rm Aster Lado, Pr sebagai selebran utama, dan 9 imam konselebran dan seorang diakon OFM. Komunitas juga mengundang para biarawan biarawati yang tinggal disekitar biara FMM Bajawa yaitu; kongregasi Alma, PPYK, PIJ, OFM dari Pagal, OFM Kurubhoko, para Pater OCD Bogenga, OCD Marunggela, dan tentu saja OCD dari paroki St. Yosef Bajawa. Tidak ketinggalan juga pastor Paroki MBC Rm. Vincentius Keytimu bersama seorang Frater Top. Hadir pula para anggota dewan gereja Paroki St. Josef. Para tokoh umat dan tokoh-tokoh dalam pemerintahan, para guru guru dari TKK Regina Pacis dan 16 anak TKK sebagai utusan.
Misa berjalan dengan lancar dan meriah, diiringi oleh koor yang merdu dari stasi Trikora, stasi dari para suster FMM yang juga mengambil bagian disana.
Dalam kotbahnya Rm. Aster sebagai selebran utama mengatakan bahwa pesan dari Injil yang dibacakan dalam misa, bahwa Yesus meninggalkan satu kata kunci bagi para muridNya untuk tinggal didalam kasihNya, dan kasih dalam Kristus haruslah menjadi sebuah nyanyian kehidupan yang nyata. Sebuah nyanyian kehidupan yang menggerakan para murid untuk saling mengasihi satu sama lain. Dengan ini Yesus mau menekankan perintah untuk mengasihiNya sebagai titik tertinggi, sebab kasih Yesus kepada kita sampai pada menyerahkan diriNya wafat di kayu salib. Sebuah kasih yang tidak memberi beban kepada siapapun. Sebuah kasih yang melampaui sekat-sekat apapun. Sebuah kasih yang memberi habis tanpa memperhitungkan untung rugi.
Gerakan untuk saling mengasihi didasarkan oleh sebuah kesadaran sebagai satu anggota dari tubuh Kristus, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus pada jemaat di Korintus dalam bacaan pertama. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggota-anggotanya, yang saling melayani demi kepentingan bersama dalam suasana persaudaraan dan kerendahan hati.
Beliau menggaris bawahi bahwa hari ini para suster FMM memasuki sebuah fase baru dalam sejarah. Perubahan dari provinsi menuju regio. Sebuah perjalanan transformasi namun lebih dari sekedar perubahan wilayah dan nama tapi lebih kepada suatu perubahan cara mengekspresikan dimana aliran kehidupan diungkapkan dengan cara cara reflektif dalam hubungan relasi, dalam komunitas-komunitas FMM.
Sebuah perubahan untuk menegaskan semangat saling membutuhkan satu sama lain. Untuk suatu perjalanan baru kedepan sebagai Tarekat. Dengan sebuah kesadaran baru sebagai tubuh Kristus dengan banyak anggota. Sebuah perubahan untuk menegaskan lagi secara lebih “kencang” tentang tugas kita secara umum untuk menjadi agen-agen kasih Tuhan yang senantiasa mengasihi demi kebahagiaan, kebaikan, kesejahteraan dalam hidup bersama.
Mengapa ini penting, karena pertama-tama bahwa tindakan mengasihi menunjukkan bahwa orang itu sungguh mengenal Tuhan Sang mahakasih. Orang yang tidak mengasihi dan sibuk dengan dirinya sehingga menjadi tidak berarti bagi sesamananya, akan sulit hidup di dalam sebuah komunitas persaudaraan, dan menjadi tidak berguna. Ibaratnya seperti sampah yang sepantasnya dibuang atau dibakar. Maka dalam kehidupan kelompok atau komunitas, dan di lingkungan hidup kita “janganlah menjadi sampah” dalam komunitas, yang tidak bisa saling mengasihi dan tidak mampu menjadi berguna bagi orang lain.
Lebih lanjut Rm. Aster mengatakan bahwa biasanya dalam kehidupan entah itu dalam komunitas masyarakat atau komunitas biara biasanya ada pribadi-pribadi yang sering disebut sebagai “Stress Carrying”, pribadi yang hadir dimana-mana sebagai pembawa stres bagi orang lain. Kalau bicara tentang orang itu orang lain sudah merasakan stres apalagi pribadi tersebut hadir dalam kebersamaan. Orang dalam tipe ini sudah masuk dalam kelompok “sampah”. Menjadi sampah disini artinya orang yang hanya mau urus kepentingan dirinya sendiri. Tidak mau peduli dengan orang lain.
Tindakan mengasihi adalah menaruh modal untuk kebajikan Ilahi, yang pasti berbuah dan tidak mengecewakan. Khususnya untuk para imam dan biarawan-biarawati, kita dipanggil untuk mengasihi dengan tulus. Kita mengasihi umat bukan supaya umat senang dengan kita. Tetapi supaya umat itu berubah dalam hidupnya. Kadang kita buat sesuatu supaya umat senang dan memuji kita. Namun seharusnya kita berani bertanya apakah umat berubah atau tidak?.
Orang bijak mengatakan sungai tidak minum dari airnya sendiri, pohon tidak makan buahnya sendiri, matahari tidak bersinar untuk dirinya sendiri dan bunga tidak menyebarkan keharumannya untuk dirinya sendiri. Hidup haruslah untuk orang lain itu adalah aturan Allah. Hidup itu baik ketika bahagia tapi jauh lebih baik ketika orang lain bahagia karena kita.
Diakhir kotbahnya Rm. Aster menegaskan bahwa kesuksesan yang terbesar dalam hidup bukan karena kita punya banyak harta, atau banyak uang, bukan karena bisa lulus ujian, tapi kesuksesan yang terbesar itu karena kita mampu mengasihi satu sama lain. Ketika kita mampu mengasihi, berbagi dan memberi, itulah kesuksesan terbesar. Orang bijak mengatakan “wajah yang kotor tidak akan menyakitkan seseorang tapi lidah yang kotor pasti menyakitkan hati seseorang. Mata terindah adalah mata yang mampu melihat kebaikan orang lain dan bibir terindah adalah bibir yang selalu berkata-kata dengan baik, dan hati yang terindah adalah hati yang selalu berprasangka baik terhadap orang lain.
Maka orang akan mengenal Tuhan melalui kita, melalui kisah dan kesaksian hidup kita. Dan wabah penyakit terbesar dalam hidup kita bukan COVID 19 tapi wabah terbesar di dunia ini adalah kurang beriman, kurang kasih sayang, kurang perhatian, dan wabah ini melahirkan kekerasan, keangkuhan, irihati, egoisme. Kita menuntut orang untuk mengerti saya, harus cocok dengan saya atau mencari orang yang cocok dengan diri saya. Tetapi tidak mau mengubah diri saya untuk cocok dengan orang lain.
Kita perlu belajar untuk memberi. Kadang kita terlalu pelit untuk memberi. Dan jika kita memberi, kita perlu memberi dengan wajah yang berseri seri, memberi dengan tulus.
Misa ditutup dengan lagu Ave Maria Tarekat. Setelah misa ada minum bersama dan makan siang bersama. Disela-sela antara minum dan makan siang ada acara rekreasi bersama dari anak TKK Regina pacis, TKK asuhan para suster FMM. Ada paduan suara cilik, baca puisi dan fashion show cilik, dimana pakaian atau busana yang diperagakan bernuansa peduli alam, seperti topi, baju dan gaun dihiasi dengan daun daun hidup. Sebagai bentuk untuk perhatian dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Angela Marici, FMM
Komunitas “Our Lady of Lourdes”