The Transmission Of General Chapter 2022
May 14, 2022Vocation Promotion In Perawang (Province of Riau – Sumatera)
June 14, 2022Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Kalimat ini sedemikian akrab di hari raya ini, tidak hanya diantara umat Muslim, namun juga terucap dari umat beragama lain yang dengan tulus disampaikan kepada mereka yang merayakan. Pada hari ini, semua dilahirkan kembali menjadi fitri, murni, memulai kembali awal yang baru, melupakan segala perselisihan, kekecewaan, ketegangan, dan berjalan kembali bersama, dalam semangat pengampunan. Sungguh indah jika dalam hidup setiap hari, semangat pengampunan ini selalu dihidupi bukan hanya sebatas kata-kata indah yang diucapkan tanpa makna.
Di hari istimewa ini, kami mendapat kesempatan bersama Bapa Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM, Vikjend (Rm. Yohanes Suparta), Pastor Vikep Kemasyarakatan (Rm. Mikael Endro Susanto), beberapa Pastor dan perwakilan dari paroki-paroki di Keuskupan Bogor, Ibu Pendeta Margie dari Gereja Kristen Zebaoth, dan perwakilan dari Umat Konghucu untuk bersilaturahmi dengan Walikota Bogor, Bp. Bima Arya, dan Wakil Walikota Bogor, Bp. Dedi A. Rachim. Kegiatan ini merupakan agenda rutin Keuskupan Bogor setiap hari Raya Idul Fitri. Setelah dua tahun tidak terlaksana karena pandemi, tahun ini kami bersyukur bisa melanjutkan kembali kegiatan ini. Selain itu kami juga bersilaturahmi dengan KH Agus Fauzan di Pondok Pesantren Al Falak, Habib Noval di Islamic Centre Cijahe, dan KH Zainal Abidin, Ketua Basolia (Badan Sosial Lintas Agama).
Dalam perjumpaan ini, sungguh nampak suasana akrab, semangat persaudaraan, dan kegembiraan. Penghayatan akan iman yang sedemikian mendalam nyata dalam sikap, tutur kata, dan sikap saling menghargai dan mengasihi sebagai sahabat dan keluarga. Tuhan sendiri hadir di sana, memampukan untuk mengatasi segala perbedaan dan berjalan bersama sebagai saudara sahabat yang saling mendukung.
Perbedaan tidak dapat dipisahkan dari hidup bersama karena memang setiap manusia diciptakan dengan keunikan dan kekhasan masing-masing. Tuhan yang menciptakan kita dengan kasih dan menghendaki kita untuk hidup berdampingan dengan pribadi-pribadi lain pasti juga mengunegerahkan kepada kita kemampuan untuk bisa mengatasi perbedaan-perbedaan itu. Kemampuan dan keterampilan untuk bekerja sama dan saling menghargai idealnya sudah ada dalam diri setiap pribadi. Kita yang dilahirkan di Indonesia, negara yang amat kaya dengan perbedaan budaya, bahasa, adat istiadat, agama, dan lain-lain pasti juga sudah terlatih sejak lahir untuk saling menghargai dalam hidup bersama.
Namun dalam hidup bersama yang dipenuhi dengan banyak perbedaan ini, tak jarang muncul kesalahpahaman, konflik, perselisihan, pertentangan, bahkan kekerasan. Sering kali masing-masing pribadi menemukan kesulitan untuk mengatasi perbedaan dan memilih jalan keluar yang akhirnya menimbulkan rasa sakit hati, kekecewaan, kesusahan, atau penderitaan bagi orang lain. Di sinilah diperlukan semangat pengampunan, kesediaan untuk melepaskan orang lain dari kesalahan atau dosa yang mendatangkan kekecewaan atau rasa sakit hati.
Dalam perjalanan transformasi kita, hidup bersama di komunitas yang diwarnai dengan interkulturalitas akan menuntut dari masing-masing anggota kemampuan untuk saling menghargai dan menghormati agar dapat bekerja sama untuk mewujudkan komunitas sebagai jantung transformasi. Kesediaan untuk meninggalkan ego dan kepentingan diri menjadi salah satu jalan menuju sebuah komunitas yang penuh sukacita dan kebersamaan. Selain itu, diperlukan juga semangat pengampunan yang diperbaharui setiap hari. Dalam semangat ini, kita berjalan bersama, bekerja sama, saling mendukung untuk memenuhi tujuan panggilan kita sebagai anggota dari Tarekat Fransiskan Misionaris Maria. Mari mengampuni, setiap hari…
Sr. Andriana Esti, FMM
Komunitas Novisiat Emaus, Bogor