“Younger Generation” Bertemu Online
June 25, 2021Mengaktualkan Misi Universal Beata Marie de la Passion dan Relevansinya
July 1, 2021Di waktu senggang sore ini saya terinspirasi untuk membuat sesuatu. Sementara saya mengisi hancuran kertas bekas ini ke dalam wadah atau sarung yang telah disiapkan/dijahit Sr. Godeliva, FMM beberapa hari lalu; saya teringat akan sebuah buku berjudul “Trash Talks: Revelations in the Rubbish” oleh Elizabeth V.Spelman. Dalam buku itu beliau menggali hingga bagaimana manusia tergantung pada sampah untuk membuat hidup lebih berarti, mengingat begitu menggunungnya sampah di bumi ini. Karena apabila sampah tidak dikelola secara baik dan tepat akan mempengaruhi kesehatan manusia.
Kerap kali orang beranggapan bahwa barang bekas adalah sampah yang tidak bisa diolah. Tetapi, di tangan beberapa orang sampah justru dapat diolah sebagai karya seni yang luar biasa dan tidak jarang mendatangkan uang. Ada peribahasa bahasa Inggris mengatakan “One man’s trash is another man’s treasure”, (sampah bagi seseorang merupakan emas bagi orang lain). Artinya apa yang tidak berguna bagi seseorang bisa berharga bagi orang lain. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap sebuah sampah atau barang bekas. Dengan kata lain setiap orang memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang lebih bernilai/bermakna dalam hidupnya. Kurang lebih itu arti dari peribahasa tersebut.
Secara pribadi saya merasa senang dan bangga apabila bisa menghasilkan sesuatu dari ‘sampah’. Seperti halnya ‘cushion’ atau bantal yang sudah jadi ini (lih.foto). Tiga bantal tersebut merupakan hasil dari kerjasama beberapa suster di komunitas Jakarta yang isinya adalah kertas bekas yang dihancurkan. Kertas bekas berarti tidak ada lagi bagian kertas yang kosong, apabila bagian kertas masih ada yang kosong biasanya kami masih pergunakan.
Saya harus tetap menyadari bahwa tindakan sederhana dalam mendaur ulang sampah akan memberi dampak besar pada kelestarian lingkungan hidup. Apabila lingkungan hidup lestari, hidup manusia pun sehat dan bestari.*** Jakarta, 29 Juni 2021.
Sr. Nikke Lingga, FMM