Pekan Kaul Intern
August 3, 2020Kolaborasi Dua Pribadi dalam Transformasi
September 2, 2020Waktu berjalan sangat cepat, sejak awal April sampai sekarang awal Agustus, di Myanmar, kami masih “Stay at home”, walau akhir-akhir ini, pemerintah memang mengizinkan untuk keluar, jika memang ada keperluan saja. Namun kami masih banyak di rumah/biara. Dan pemerintah Myanmar juga menggaungkan tentang “The New Normal” sejak awal Agustus ini.
BOSAN – JENUH tak dapat diingkari, kadang terselip menghampiri diri saya juga. Walau saya terus dan berusaha untuk tidak menyia-nyiakan waktu, dengan selalu kreatif melakukan sesuatu atau mencari kegiatan-kegiatan yang bermanfaat/mengembangkan diri.
Secara rutin kegiatan saya selama ini, yaitu sejak tgl. 20 April yang lalu, setiap pagi dari jam 8 – 10.30 saya mulai belajar bahasa Myanmar dengan Sr. Josse, dan jam 11 sampai jam 12-nya saya membantu di sewing room (tempat suster-suster membuat kasula dan perlengkapan misa lainnya). Inilah kegiatan rutin saya setiap hari sampai saat ini (setidaknya jalan 4 bulan). Saya menyadari, belajar bahasa bagi saya bukanlah hal mudah terlebih bahasa Myanmar, sulit sekali.
Tulisan/hurufnya bukan menggunakan alfabet. Bunyi/nada suaranya punya artinya sendiri juga. Belum lagi kalau ada tambahan titik di atas dan atau di bawah huruf, dan tambahan tanda lain-lainnya lagi, bunyi serta artinya pun berbeda he…he… pusing deh… maklum saja ya. Untuk saya faktor U (umur) juga sih ya, tapi saya tetap berusaha menyemangati diri untuk tetap tekun belajar. Allah tidak meminta kepadaku untuk berhasil/sukses, melainkan untuk mempersembahkan diri … ini kata Mama Passion (NS 117).
Membantu dan belajar di work room/sewing room juga, merupakan pengalaman istimewa untuk saya. Dari awalnya hanya menggambar/menjiplak salib di kain keras dan mengguntingnya, lalu beranjak belajar menjahit pakai tangan dan yang terakhir, saya belajar menjahit pakai mesin (bordir) tapi masih yang simpel. Ada suster yang meledek saya, katanya saya selalu naik kelas – dapat promosi naik tingkat, berkat ketekunan dan keseriusan. He…he… terima kasih, suster. Semoga…ya semoga…
Pada bulan Mei yang lalu setiap sore harinya, saya mengikuti zoominar keperawatan yang diselenggarakan oleh PPNI (Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia) secara on line, untunglah dengan demikian saya mendapat sertifikat/SKP-kredit point yang nantinya pasti dibutuhkan kalau saya memperbaharui STR/lesensi profesi perawat saya. Sehingga tidak perlu ikut uji kompetensi, yang sangat sulit itu. Semoga ya. Sedangkan kegiatan pada malam harinya setelah makan malam, saya mengikuti doa Rosario Laudato Si’ bersama para uskup di Indonesia via live streaming. Cukup menarik dan berkesan, bisa ziarah rohani bersama Bunda Maria, keliling keuskupan di Indonesia.
Di bulan Juni yang lalu setiap malamnya saya selalu ikut doa rosario bersama romo dan umat di paroki-paroki Keuskupan Bogor – dengan renungan refleksi hasil Sinode ke-2 Keuskupan Bogor. Dan pada bulan Juli-nya, saya kadang ikut adorasi di biara-biara keuskupan Bogor atau saya ikut Completorium di paroki-paroki KAJ. Inipun sangat terkesan untuk saya, membuat saya semakin kuat dalam iman dan kagum serta bangga sebagai orang Katolik Indonesia. Karena di Myanmar ini tidak ada kegiatan rohani on line yang seperti ini.
Dalam refleksi saya, untung sekali saat covid yang cukup panjang ini, saya pas berada di provinsialat, jadi internet / wifi cukup lancar. Sehingga saya bisa merayakan ekaristi, rosario dan yang lainnya dalam bahasa Indonesia di berbagai gereja/keuskupan di Indonesia, untuk menguatkan iman saya. Juga saya diberi kesempatan untuk bisa mengikuti zoominar keperawatan, demi mengembangkan profesi saya sebagai perawat. Dan yang terakhir, saat ini saya sedang belajar (mandiri) Photoshop dari youtube, untuk mengembangkan diri saya.
Memang terasa sekali saat-saat seperti ini tanggungjawab pribadi untuk memanfaatkan waktu (time managment) sangat besar. Saya berusaha untuk tidak menyai-nyiakan waktu dan menggunakan sarana yang ada sebaik-baiknya. Saya berusaha untuk “balance”, seimbang juga antara hidup rohani dan pengembangan diri serta hidup berkomunitas tentunya.
Hendaklah kita enggan untuk kehilangan waktu,
Jangan kita biarkan kemalasan tertentu menyusup ke dalam hidup kita.
(Marie de la Passion), MD 316
Selamat Pesta St. Clara – Pelindung Suster Profes Kekal FMM
Bersatu dalam semangat Mama Passion
Sr. Rina, FMM – Myanmar, 9 Agustus 2020