Peran dan Tanggung Jawab Seorang Anggota
October 27, 2021Kepemimpinan Yang Memberdayakan
November 26, 2021Di hari Minggu pagi yang cerah, 11 Oktober 2021, kami berangkat menuju panti rehabilitasi orang yang mengalami gangguan jiwa, Sungai Gelam, Jambi. Atas undangan wilayah St. Theresia Avila, Paroki St. Teresia, Jambi.
Setibanya di sana, kami disambut dengan lingkungan yang sejuk, indah, dan penuh dengan hamparan tanaman buah-buahan jambu, kelapa, jeruk, dll. Dengan mengikuti protokol kesehatan, kami memasuki area bangunan khusus untuk saudara-saudara yang mengalami gangguan jiwa. Mereka berjumlah 24 orang dengan tiga orang pengasuh. Bpk. Lapo, istri dan saudari Yanti, pengasuh panti menyambut kami dengan penuh sukacita.
Demi keamanan, para penghuni panti tinggal dalam ruangan yang pintu dan jendelanya dibatasi trali besi yang cukup rapat. Kami juga tidak diizinkan untuk masuk ke ruangan, hanya bisa menyapa mereka dari teras bangunan.
Dari balik jendela dan pintu, beberapa pasang mata menatap kami dengan penuh makna yang tersirat. Dimata mereka ada kerinduan untuk menghirup udara bebas, bisa bersama keluarga yang mereka kasihi, bisa bercengkrama layaknya orang pada umumnya. Suara panggilan mereka yang meminta kami untuk mendekat, seakan mengisyaratkan kerinduan mereka untuk bercerita. Saat kami menyapa mereka dan mendekat, ada aura kegembiraan tergambar di wajah mereka. Di mata mereka juga terbersit kesedihan dan harapan untuk kembali hidup normal.
Ketika dua orang (yang kesadarannya sudah mulai berkembang) dari antara mereka diperbolehkan keluar ruangan, mereka sangat senang. Demikian juga saat menerima bantuan sembako, mereka sangat senang. Namun yang membuat mereka lebih senang adalah ketika kami bercakap-cakap dengan mereka. Mereka sangat bersemangat menceritakan kegiatan mereka sehari-hari. Mereka bersyukur karena bisa tinggal di panti, mengikuti kegiatan teratur dan dalam pengawasan. Salah satu dari mereka mengatakan, ketika mereka di jalanan, sering kali ditakuti dan tidak mendapatkan makan. Di panti mereka diperhatikan dan mendapatkan makan setiap hari. Meski mereka senang di panti, tapi mereka mempunyai keinginan untuk hidup normal dan berarti.
Dalam perbincangan kami dengan Bpk. Lopo dan istri, terkuak begitu banyak kisah haru dan mengesankan, baik dari para pengasuh maupun para penghuni panti. Para penghuni panti banyak yang ditemukan di jalanan dan dibawa ke panti oleh para pengasuh dan pemilik panti. Hanya ada beberapa yang diantar keluarga mereka. Alasan atau penyebab mereka mengalami gangguan jiwa pun bermacam-macam. Ada yang karena orang tua cerai, putus sekolah, narkoba, PHK, dll.
Bpk. Lapo dan istri, pun menceritakan perjuangan mereka mengurus panti. Bagi mereka mengurus panti adalah panggilan hidup mereka. Mereka bersyukur karena Tuhan memanggil dan mempercayakan mereka untuk mendampingi saudara-saudara yang “kurang beruntung” ini. Tantangan dan kesulitan selalu ada, namun mereka yakin Tuhan akan selalu menolong. Iman mereka inilah yang membuat mereka setia dan melayani dengan penuh kasih. Bagi mereka kekuatan terbesar adalah Tuhan. Doa dan kehadiran para pengunjung menjadi motivasi mereka untuk terus berkarya. Tanpa kekuatan Tuhan mereka tak akan mampu melewati 24 jam sehari bersama penghuni panti. Tapi karena Tuhan, semuanya berjalan dengan indah.
Bagi mereka segala sesuatu yang baik datangnya dari Tuhan. Segala pekerjaan atau pelayanan demi kebaikan sesama pasti diberkati Tuhan. Berkat dan rahmat Tuhan akan selalu mengalir bagi orang yang percaya dan melaksanakan kehendak Tuhan. Kalau apa yang mereka lakukan tidak berkenan di hadapan Tuhan, maka akan cepat berakhir dan mereka tidak mengalami sukacita.
Kisah dan kata-kata Bpk. Lopo dan istri mengingatkan saya pada kata-kata ibu pendiri. “ Jika ini karyaku maka akan mati bersama aku, tapi jika ini karya Tuhan maka tidak akan mati bersama aku”. Akan terus berkembang. Saya juga mengamini apa yang mereka katakan bahwa rahmat dan berkat Tuhan akan selalu mengalir kepada orang yang percaya dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Dari kisah mereka, saya mengambil kesimpulan bahwa iman, harapan dan kasih adalah kunci untuk setia. Tanpa ketiga hal ini, kesetiaan akan mudah luntur dan terombang ambing oleh angin dan badai kehidupan. Di mana ada iman, harapan dan kasih , di situ ada keberanian dan semangat untuk melayani. Kesetiaan tidak akan bertahan tanpa ada tantangan dan kesulitan. Tantangan dan kesulitan dalam melayani merupakan perisai untuk tetap rendah hati dan percaya penuh pada kuasa Ilahi.
Kisah bersama para penghuni dan pengasuh panti ini, menyiratkan banyak kesan dan pesan. Seperti lagu “Syukuri apa yang ada, hidup ini anugerah” dan lagu “ Hidup ini adalah kesempatan…”. Pesan kunjungan kami ke panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa ini adalah untuk terus bersyukur atas hidup yang Tuhan berikan dan mengisinya dengan segala perbuatan baik. Segala yang baik datangnya dari Tuhan dan akan selalu diberkati oleh-Nya. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, asal kita percaya dan melaksanakan kehendak-Nya.
Sr. Yuliana Minus, FMM
Komunitas Our Lady of Providence Jambi