We Are Called To Serve With A Peaceful Heart In Fraternity Love
December 9, 2022Open House 90 Tahun FMM Berkarya di Indonesia
January 10, 2023“Mendengarkan jeritan orang miskin dan jeritan bumi:
bergerak bersama merawat kehidupan”
Pengalaman live in di Desa Wukirsari Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dari tanggal 17 – 20 Oktober 2022, merupakan pengalaman yang menyenangkan dan sungguh menantang kaum religius untuk menghayati makna dari Laudato Si. Tema yang diusung oleh Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KKPKC) Keuskupan Semarang adalah : Mendengarkan jeritan orang miskin dan jeritan bumi: Bergerak bersama merawat Kehidupan”. Tema ini terwujud dalam bentuk kegiatan bersama antara para religius dengan relawan awam untuk mengalami secara nyata kehidupan disebuah komunitas. Live in ini diikuti oleh sekitar 25 orang biarawan-biarawati dari beberapa wilayah keuskupan dengan relawan awam dari berbagai lintas agama.
Realita yang terjadi di Desa Wukirsari yakni ada ibu-ibu rumah tangga yang bekerja keras, berjuang sendiri tanpa suami, untuk kelangsungan hidup keluarganya. Para peserta live-in berusaha bersama untuk membangun harapan hidup masyarakat terutama yang paling miskin. Pengalaman ini mengajarkan banyak hal positif tentang kehidupan mereka yang sangat sederhana seperti rumah masih dengan lantai tanah dan tanpa ventilasi, di depan rumah ada tumpukan sampah yang volumenya cukup besar, makan seadanya. Dalam situasi hidup yang demikian mereka tetap sabar, bersyukur, tangguh, dan menerima.
Pengalaman ini juga memotivasi kami untuk bekerja dengan murah hati untuk menjaga dan melindungi dunia yang dipercayakan Allah kepada manusia. Allah memanggil kita kepada suatu komitmen untuk bermurah hati dan rela memberikan segala sesuatu yang kita miliki sekecil apapun itu, untuk kebaikan sesama dan alam ciptaan. Paus Fransiskus dalam Laudato si mengatakan “Penghancuran lingkungan manusia merupakan perkara sangat berat, bukan hanya karena Allah telah mempercayakan dunia kepada manusia, tetapi karena hidup manusia itu sendiri merupakan hadiah yang harus dilindungi dari berbagai bentuk degradasi”
Pendampingan warga
Selama kami hidup bersama mereka; kami sungguh merasakan ketidaknyamanan hidup dengan tidur di atas tanah yang keras dan hanya dialasi selembar plastik serta karpet yang sangat tipis dan untuk makanan, kami makan apa yang keluarga itu makan. Dalam situasi seperti itu berbagai ide muncul di benak kami, salah satunya dalah ide untuk membuat lantai rumah dari tanah liat. Akhirnya tim kami berempat berdiskusi dan meminta persetujuan dari tuan rumah. Setelah disepakati kami berempat bersama ibu rumah mulai menggali tanah liat dan membuat adonan tanah liat lalu menyusunnya dilantai tanah sehingga menjadi rata.
Kami juga mendampingi anak-anak dari pemulung untuk mengenal huruf dan angka.
Kegiatan lainnya adalah Kegiatan menanam pohon di Desa Wukirsari yang dilakukan oleh Komisi Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan dari Keuskupan dan JPIC (Justice, Peace, Integrity of Creation) Tarekat se-regio Jawa dan bekerjasama dengan pemerintah Desa, TNI, POLRI, Karangtaruna. Kegiatan menanam pohon ini merupakan salah satu upaya memperkuat keberadaan sumber mata air. Di sisi lain penanaman pohon ini juga sebagai upaya menghijaukan kembali lahan-lahan yang gundul di wilayah pegunungan Kendeng, Desa Wukirsari, Pati, Jawa Tengah.
Pohon yang kami tanam adalah jenis pohon buah seperti jeruk pamelo, alpukat, mangga Thailand, dan pete yang mempunyai fungsi penguatan ekonomi, dimana hasil dari tanaman ini bisa dikonsumsi maupun dipasarkan dengan nilai jual yang baik. Menanam pohon adalah menanam harapan untuk masa depan dan merawat alam adalah kewajiban dan tanggung jawab setiap manusia agar generasi yang akan datang tidak mengalami kelaparan dan bencana alam akibat salah kelola lahan. Dengan demikian kita bersama-sama secara perlahan namun pasti, dapat menanggapi jeritan sesama terutama kaum marginal untuk semakin meningkatkan hidup mereka yang lebih layak dan alam semesta menjadi semakin harmonis.
Kontributor – Sr.Adel, FMM