Pembaharuan Janji Setia kepada Gereja Katolik Roma
April 22, 2024Kurban Cinta
April 22, 2024FMM Indonesia – Sudah menjadi hukum alam, jika pelangi datang setelah hujan menghilang. Tapi apa jadinya jika pelangi datang di tengah derasnya hujan?
Seperti itulah yang kami rasakan. Hujan yang mengguyur Kota Serang telah menghantarkan rombongan suster pemimpin Regio dan para suster anggota Dewan Regio Trinity ke komunitas kami.
Kehadiran mereka bak pelangi yang membuat kami seperti bermimpi di siang hari. Kami sangat senang, bangga, kagum, dan terharu dengan kehadiran mereka karena ini merupakan kunjungan pertama.
Senang dan bangga karena seperti pelangi yang terdiri dari berbagai warna, para suster yang berasal dari enam negara ini boleh bersatu mewakili Regio Trinity mengunjungi Indonesia khususnya di tanah Banten ini.
Rasa syukur dan sukacita itu kami ekspresikan dengan menyambut para suster anggota Dewan Regio dengan budaya khas Banten.
Setelah selesai welcoming ceremony oleh Sr.Cecile, FMM selaku Pemimpin Komunitas, kami mengajak para suster menuju ke kapel dengan iringan tarian Badui.
Dalam tarian itu kami membawa serta hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan dalam sebuah keranjang bambu. Hal ini menunjukkan bahwa negara kita Indonesia sangat kaya akan keberagaman dan kekhasan budaya serta hasil buminya.
Doa di kapel ditutup dengan menyanyikan bersama lagu Ave Maria Tarekat. Selanjutnya kami mengajak para Suster untuk mencicipi snack tradisional yang telah kami siapkan.
Tiba saatnya bagi kami untuk mempresentasikan daerah tempat kami tinggal, sejarah komunitas, serta karya pelayanan kami di Serang. Seperti ada tertulis “Sebagai Misionaris,….kita pertama-tama diutus kepada mereka yang belum menerima pewahyuan Kristus” (Kons.Art.4).
Serang-Banten adalah daerah yang 94% penduduknya beragama Muslim dan FMM adalah satu-satunya Kongregasi Biarawati Katolik yang hadir dan berkarya di sini.
Dalam sebuah kesempatan, salah seorang Suster anggota Dewan bertanya, “Apa perjuangan yang dihadapi selama berkarya di daerah yang mayoritas Muslim?” Pertanyaan itu mengingatkan kami kembali pada kisah awal kedatangan para Suster Misionaris di tanah Banten.
Dulu mereka merasakan bagaimana ditolak, dihina bahkan dengan berani penduduk melempari gerbang biara dengan batu. Berkat kesetiaan para suster pendahulu, kini kami menikmati hasil perjuangan mereka.
Saat ini, kesadaran toleransi antar umat beragama sudah semakin terasa, sehingga kami dapat berkarya dan melayani umat dengan semangat dan penuh sukacita.
Tak terasa kebersamaan selama kurang lebih 5 jam itu harus segera berakhir, setelah selesai mempresentasikan profil dan sejarah komunitas, kami menutup kunjungan persaudaraan itu dengan makan siang bersama.
Sukacita dan tawa tak pernah berhenti menghiasi setiap sudut ruang perjumpaan kami. Itulah karya Allah Tritunggal yang memampukan kita untuk berkata-kata dalam bahasa Roh Kudus yang mempersatukan 6 negara dalam satu Regio Trinity.
Thank you for coming and visiting us dear Sisters, hopefully the rain will bring back the rainbow.
Sr. Anggelina Susika, FMM
Komunitas St. Adolphine, Serang